[Ambon, sinodegpm.org] - Persidangan MPL Ke 39 Sinode GPM berlangsung di Klasis GPM Pulau-Pulau Obi. Berlayar menuju tempat persidangan MPL dengan menggunakan kapal laut KM. Sumber Raya 03 yang melaju membelah malam menuju Jemaat GPM Wayaloar di pulau Obi, jumaat 20/10/2017.
Sumber Raya 03 tiba pukul 08.00 Wit, terlihat pemandangan di area dermaga pelabuhan dibanjiri oleh warga jemaat yang akan menjemput peserta MPL.
Seperti biasanya ada prosesi penjemputan yang melibatkan saudara yang beragama Muslim.
Wayaloar secara administratif merupakan pusat kecamatan di Obi Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan. Sebagai pusat kecamatan, Wayaloar ternyata cukup tertinggal dari desa-desa lainnya. Indikator ketertinggalan di zaman now diukur dari ketiadaan sarana seperti penerang (PLN), jaringan komunikasi seluler (GSM dan internet) serta sarana transportasi (angkutan umum) tidak lupa jalan yang tak kunjung beraspal.
Dari segi pendidikan, jumlah tenaga guru berbanding siswa/kelas cukup timpang. Jika guru merupakan salah satu komponen penting yang menyumbang bagi pencapaian kualitas pendidikan, maka dapat dipastikan bahwa kualitas pendidikan di Wayaloar belum membaik.
Menurut ibu Ratna Mutahang-Mangente, yang adalah Kepala SD Inpres Wayaloar), jumlah tenaga guru pada sekolah-sekolah di Wayaloar (SD - SMA/SMK) nyaris didominasi oleh guru honor. Pada setiap sekolah, guru berstatus ASN hanya berkisar 2 - 4 orang. Di SD Inpres Wayaloar yang dipimpin oleh ibu Ratna, hanya ada 2 orang guru berstatus ASN, termasuk dirinya. Jika sekolah-sekolah di pusat kecamatan memperlihatkan fakta demikian, tentu sekolah-sekolah di desa-desa pinggiran atau jauh dari pusat kecamatan bisa lebih timpang lagi rasionya.
Ketimpangan, selalu saja melahirkan korban. Terhadap kenyataan itu, Albert Nolan, OP, menulis: “setiap masyarakat yang berstruktur sedemikian rupa, sehingga sebagian menderita karena kemiskinan, kebodohan, penyakit, keterbelakangan, dll, dan yang lain mempunyai lebih daripada yang diperlukan, adalah bagian dari kerajaan setan” (Albert Nolan, OP; Jesus Before Christianity: The Gospel Of Liberation. Diterjemah-kan dengan judul: Yesus Sebelum Agama Kristen: Warta Gembira yang Memerdekakan, oleh I. Suharyo Pr. Kanisius, 2005. Hal. 104).
Sepanjang 72 tahun usia kemerdekaan Negara Indonesia, kemiskinan, kebodohan, penyakit, keterbelakangan, dll, masih menjadi "akar pahit" sebagai tanda bertahtanya "kerajaan setan". Penguasa atas kerajaan setan itu dapat dirupakan dalam diri pemimpin publik yang tidak peduli; atau sesama yang tidak peduli.
Jika kehadiran gereja (atau agama-agama) tidak menyumbang bagi upaya-upaya membebaskan manusia dari kemiskinan, kebodohan, penyakit, keterbelakangan, dll, maka gereja (agama-agama) dapat disebut juga sebagai kaki-tangan dari "kerajaan setan".
Hanya melalui kepedulian, kemurahan hati dan upaya yang sungguh-sungguh dari setiap pemimpin publik (penguasa daerah/lokal), sesama dan gereja (agama-agama) untuk membebaskan manusia dari kemiskinan, kebodohan, penyakit, keterbelakangan, dll, maka cengkeraman kerajaan setan itu dapat disingkirkan, dan kerajaan Allah diproklamirkan.
Mengarahkan hati kepada kerajaan Allah menuntut setiap pemimpin publik, sesama dan gereja (agama-agama) untuk peduli dan bermurah hati melalui setiap tindakan berbagi (sharing), baik berbagi milik pribadi maupun kue (proyek-proyek) pembangunan secara merata.
Mujizat penggandaan roti dan ikan (Mark. 6:25-33 dsj) serta kisah jemaat Kristen perdana di Yerusalem menemukan hal yang sama ketika mereka mencoba membagikan milik mereka (Kisah 2:44-46; 4:32-35).
Di tengah berbagai keterbatasan Panitia dan umat di Wayaloar - Klasis Pulau Obi, pelaksanaan Sidang Ke-39 MPL Sinode GPM di Wayaloar hanya bisa berlangsung karena kemurahan Allah melalui spirit saling berbagi di antara sesama umat, komunitas Muslim di Wayaloar dan Pemerintah sebagai simbol persaudaraan sejati.
Semoga spirit saling berbagi ini dapat ditularkan untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan, kebodohan, penyakit, keterbelakangan, dll, sebagai tanda hadirnya kerajaan Allah di dunia.
Tanggal 26 Oktober 2017, malam telah larut, ketika KM. Sumber Raya 03 melepas tali dari dermaga Wayaloar, kembali membelah malam menuju Ambon, diiringi lambaian tangan dan tatapan mata penuh harap para pengantar. Membawa serta sejumlah produk keputusan Sidang untuk diimplementasi. Jangan lupa: ada Obi, Bacan, Sula dan Ternate (belahan Utara wilayah pelayanan GPM) di dalamnya. Wilayah yang kaya, dan yang masih berjuang melepaskan diri dari berbagai stigma karena ketimpangan pembangunan.
Penulis : Pdt.Max Syauta - Bendahara Sinode GPM Editor : Media Center GPM