Elat,sinodegpm.org - Kesehatan itu mahal. Kesehatan juga tidak memandang kasta, suku, agama, kekayaan dan lainnya. Jika sudah mengalami gangguan pada kesehatan, maka banyak dari kita yang akan berjuang agar bisa cepat pulih. Namun banyak juga yang pasrah bahkan menyerah karena kondisi finansial.
Peduli kesehatan, peduli terhadap ketahanan hidup masyarakat. Apalagi di masa pandemi ini, income menurun, kehilangan pekerjaan, dan kebutuhan harus tetap dipenuhi.
Pengobatan massal adalah salah satu cara kita saling menolong antar sesama. Inilah yang sementara dilakukan oleh Yayasan Ina Ama GPM di Elat - Kei Besar dalam rangkaian kegiatan MPL Ke 42 Sinode GPM.
Ada lima dokter relawan Yayasan Ina Ama GPM. Satu dokter spesialis - dr. J.S Pentury, SpPD, dan dan 4 dokter umum diantaranya dr. Lita Tarumaseley, dr. Mariza Gautami Siwabessy, dr. Vania Levina Polanit dan dr. Prizilia Saimima.
Bicara soal relawan tidak terlepas dari tindakan melayani dengan hati. Tanpa mengenal kata lelah, para relawan tersenyum manis dan ramah menyambut setiap pasien.
"Tertarik dan senang untuk melayani karena berpikir bahwa desa terpencil itu jarang dijangkau," ungkap dr. Pentury.
Tentunya dalam melakukan tugas dan tanggungjawab sebagai relawan pasti ada kendala yang ditemui. Salah satunya komunikasi. Mau tidak mau mereka harus menyesuaikan diri dan lebih sabar mendengar keluhan saat melayani pasien.
"Sebenarnya capek itu karena harus berusaha menyederhanakan pertanyaan saat pasien masuk dan konsultasi," ungkap Dr. Prizilia Saimima.
Wajah lelah tersembunyi dibalik masker yang mereka kenakan. Tubuh tegak dan tetap kokoh zmenyambut pasien. Lelah dikesampingkan. Tanah Nuhu Yut diselimuti dengan udara panas yang begitu menikam tapi tidak mengurangi semangat untuk melayani pasien. Jalanan bebatuan jadi sahabat mereka dalam menempuh lokasi-lokasi Pengobatan massal.
Puskesmas Elat, Gereja Darurat Ohoi Yamtel, dan Balai Ohoi Lerohoilim jadi saksi perjuangan mereka selama empat hari. Setidaknya, keindahan alam, nikmatnya air kelapa muda dari Ohoi Lerohoilim jadi penutup yang indah bagi para dokter dalam rangkaian aksi sosial yang mereka lakukan di Tanah Nuhu Yut.