Ambon,sinodegpm.org - Departemen PIPK, Biro Komisi Sosial, Politik, Budaya melakukan Workshop “Optimalisasi Penulisan Kurikulum dan Seri Bacaan Politik Warga Gereja” yang berlangsung di Gedung Aula kantor Sinode GPM.
Kegiatan ini diawali dengan doa pembuka yang dipimpin oleh Pendeta. N. Titing/Sipahelut.
Selanjutnya, sebagai arahan pembuka Pendeta Nancy Soisa/G mengatakan bahwa sebelumnya telah ada focus group discussion di beberapa bulan yang lalu. Para praktisi yang termasuk dalam komisi, para pendeta yang turut hadir sebagai peserta FGD telah memperlihatkan betapa pentingnya pelayanan pemberdayaan dan pendampingan bagi tanggungjawab gereja di bidang politik baik untuk warga jemaat yang mengambil profesi tanggungjawab di bidang politik secara langsung maupun yang tidak namun di dalam bebrbagai tugas ada dimensi polkitiknya.
Baginya, dimensi itu adalah dimensi yang sakral, dimensi yang Kudus dalam pengertian bahwa ada banyak tantangan disitu tetapi justru dengan tantangan itulah gereja semakin merasakan panggilannya untuk melakukan hal-hal yang bermakna bagi pengembangan termasuk pemahaman-pemahana politik secara baik.
“Kita telah memillih ruang untuk menempatkan perspektif kekristenan dan perspektif iman di dalam berpolitik,” ungkapnya.
Harpannya, Workshop ini dapat memberi kekayaan bagi proses gereja dalam memberi kontribusi bagi pengembangan pemahaman melalui sikap dan perilaku di dalam politik yang dilihat dan dialami bersama menyongsong perkembangan politik kedepan.
“Sebagai gereja kita harus melakukan yang terbaik sebagai antisipasi dan kontribusi kita,” imbuhnya.
Terkait hal ini, Pendeta Agus Hetharion (Sekdep PIPK) menjelaskan bahwa ini adalah kegiatan keluaran dari PIPP/RIP GPM yang dikembangkan dari isu dan realitas gereja menyangkut dengan kurangnya peran politik gereja ditengah-tengah hidup sosial masyarakat.
“Karena itu gereja mencoba untuk menyatukan perspektif dengan sasaran tujuan supaya umat gereja mengalami sebuah peran-peran politik yang lebih baik ditengah kehidupan berbangsa dan masyarakat,” ungkapnya.
Lebih lanjut Pendeta Hetharion ungkapkan bahwa Realitas menunjukan bahwa politik yang gereja kembangkan bukan politik praktis atau politik partai tetapi politik yang meneladani kebijakan Yesus yang menghadirkan damai sejahtrah, keadilan, kebenaran, kejujuran, dan damai bagi semua orang.
“Untuk itulah gereja mencoba untuk menyikapi dengan membuat seri bacaan politik,” imbuhnya.
Paling tidak targetnya mengarah kepada warga gereja agar dapat mempraktekkan peran-peran politik yang baik dan bisa mengadvokasi diri dalam kekuatan politik terkait dengan ketidakadilan, kemiskinan, dan kebijakan-kebijakan kekuasaan yang tidak berpihak pada hak hidupnya.