[Ambon, sinodegpm.org] - Hari 16 mei 2017 tepatnya setahun peristiwa penembakan misteri di nusalaut perbatasan negeri Abubu dan negeri Titawai mengakibatkan seorang pemuda asal negeri Abubu Calvin. Aunalal meninggal dunia dan temannya Welem Parihala mengalami luka berat.
Peristiwa itu terjadi ketika Calvin dan Wellem mnegendarai sepeda motor mengantarkan adik Fredi Hatu dengan motor yang lain mengantar adik perempuannya untuk sekolah di SMA dinegeri Ameth. Saat melintasi jalan perbatasan Abubu dan Titawai mereka dikejutkan dengan dua buah batang kelapa ditengah jalan.
Welem bersama Kelvin menghentikan motor dan Calvin turun untuk memindahkan dua buah batang kelapa, seketika terdengar bunyi tembakan, peluru bersarang pada tubuh Calvin dan Wellem. Calvin terjatuh seketika meninggal dunia sedangkan Wellem terjatuh dengan berpura-pura mati sehingga oknum yang menembak telah mengira keduanya telah meninggal dunia.
Saat melihat oknum yang menembak pergi ke hutan Wellem kemudian berdiri dan lari ke Abubu, tetapi aksi Wellem diketahui oleh para penembak, mereka memberondong Wellem dengan tembakan, sayangnya meleset. Setibanya di dusun pantai Eme, Wellem bersembunyi namun dia mendengar bunyi motor dari arah abubu ke Titawai yakin orang abubu. Mereka inilah yang kemudiaan menemukan Calvin serta menginformasikan ke Abubu kalau Calvin tertembak dan meninggal dunia.
Warga masyarakat berbondong-bondong mengusung jenasah Calvin dan menemukan Wellem yang telah pingsan ditempat persembunyiannya. Peristiwa tersebut hendak menimbulkan kecurigaan orang Abubu dan orang Titawai.
Dengan demikian untuk mengantisipasi tindakan -tindakan pertikaan lebih meluas antara Abubu dan Titawai maka pemerinta kecamatan dan gereja yakni para pelayan Sepulau Nusalaut khusnya Abubu dan Titawai bersepakat dengan raja dan pemerintah dua negeri membuat Nazar Pergumulan bersama di lokasi penembahkan.
Tujuan dari pergumulan yaitu ; menyerahkan pengungkapan para pelaku penembahkan dalam kuasa Tuhan. Dan memintakan Tuhan berkarya untuk aparat kepolisian untuk melakukan proses pengungkapan pelaku, menghindari saling tunduh atau curiga antara dua negeri baik di Abubu maupun Titawai yang ada di Nusalaut maupun di perantauan, hubungan dua negeri harus tetap berjalan seperti biasa (menjaga kedamaain dua negeri pasca peristiwauntuk tetap kondusif).
Pergumulan tersebut di hadiri oleh Camat Nusalaut bersama Staf, kemudian 7 Raja pada Negeri-negeri di Nusalaut, para Pendeta sepulau Nusalaut, semua Majelis Jemaat, warga jemaat Abubu dan Nusalaut. Pergumulan (doa bersama) dibawakan oleh Pdt. M.Porwaila (Ketua Majelis Jemaat Abubu) dan Pdt. Donal.Huwae (Ketua Majelis Jemaat Titawai) serta Pdt. Hary. Matulesy ( Majelis Pekerja Klasis Lease).
Usai pergumulan di lakukan pembacaan dan penandatanganan kesepakatan damai dua Negeri yang ditanda tangani oleh Raja Abubu Rizart Artur Manusama dan pejabat pemerinta Titawai Bpk Ronald Wonmale, Ketua Majelis Jemaat Abubu dan Titawai, Pendeta Gereja Advend di Titawai, kepala pemuda Abubu dan titawai, Camat Nusalaut, Danramil, dan kapolsek Nusalaut.
Sejalan dengan itu aparat kepolisian polres pp ambon dan lease belum mampu mengungkapkan siapa para pelaku di balik penembakan, para saksi termasuk Wellem Parihala telah diminta keterangan namun proses penyeledikan dan penyidikan belum juga berhasil di lakukan pihak kepolisian. Ini menjadi pertanyaa semua warga masyarakat abubu. Apakah ada keseriusan aparat kepolisian di polres pp ambon dan lease.
Penulis : Pdt.M.Porwaila