Ambon - SinodeGPM.ORG - Sejak 19/08/16 di Jemaat GPM Haruru Klasis GPM Masohi berlangsung workshop bagi Warga Gereja Senior (WGS). Workshop WGS merupakan program lintas jemaat yang melibatkan 14 jemaat yakni Huse, samasuru, sahulau, waraka, nakupia, layeni, isu, eirene, makariki, petra, waipo, haruru, masohi, amasoa, dengan total peserta 90 orang yang terdiri dari MPK (Majelis Pekerja Klasis) & staf, para pdt (Pendeta), pnt (Prnatua), dkn (Diaken) dan WGS (Warga Gereja Senior) dari tiap jemaat.
Jemaat pada umumnya sudah mulai mengimplementasi program WGS, maka tujuan workshop dilaksanakan guna mengkonstruksi model pelayan WGS, karena selama ini belum ada format pelyanan tersebut (sekalipun pada akhirnya akan menjadi tugas sinode).
Untuk tujuan tersebut maka ada 2 topik materi yang disampaikan pada workshop yaitu POTRET WGS (perspektif psikologi) dimaksudkan untuk melihat secara utuh berbagai hal tentang WGs dari sisi psikologi, yang disampaikan oleh Pdt. R Maelissa,.M.Si(Pdt Jemaat Amahai Soahuku). Materi kedua dimaksudkan untuk meletakan dasar tentang pelayanan WGS dan manajemen pelayanan WGS. Materi kedua disampaikan oleh Pdt.S.Werinussa,.M.Si (Ketua MPK Masohi).
Untuk merumuskan model pelayanan WGS, maka mutlak bagi kita untuk mengenal dunia WGS itu sendiri dan salah satu pisau bedahnya adalah melalui perspektif psikologi.
Bedah Psikologi menguraikan potret WGS dengan melakukan Penelitian awal yang dilakukan secara random di jemaat Amahai Soahuku. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa kebanyakan masalah yang dihadapi wgs berkaitan dengan kehidupan rumah tangga (pola relasi anak-menantu). Ungkap Pendeta berbasis Psikologi.
Kajian psikologi diharapkan dapat menjadi 'obat' yang manjur sehingga membantu mereka melihat dunia sekitar dan bisa membantu wgs dalam persoalan 'jiwa' yang dialami ketika punya berbagai persoalan dengan anak, menantu, cucu, dan lingkungan. Tambah Pendeta Jemaat Amasoa.
Kajian ini melahirkan satu kesimpulan untuk mengatur model pendampingan pastoral seperti apa yang harus dilakukan bagi wgs.
Aktivitas keseharian WGS memang sudah berkurang (bekerja aktif sebagai PNS dan sejenisnya) tetapi mereka juga butuh aktivitas tertentu untuk menjaga keseimbangan fisik, pikiran, mental serta spiritual sehingga mereka tidak mudah sakit, stres, pikun, dll. Karena keluarga mereka serta kehidupan sosial di sekitar merupakan segmen penting bagi pertumbuhan kehidupan wgs.
Tanggapan dari warga gereja senior setelah mendengarkan paparan dari kedua fasilitator dengan mengatakan apakah gereja dapat menyediakan satu persekutuan bagi WGS? Bagaimana kalau pelayanan untuk WGS itu tidak hanya ritual semata tapi juga olahraga dan pelayanan kesehatan lainnya ?
Menanggapinya, Perspektif pelayanan WGS mengutamakan unsur bina umat yang sangat berharga dan mereka bukan 'barang rongsokan' yang dibuang atau diabaikan begitu saja. Tuntutan PIP/RIPP mewajibkan gereja menyelenggarakan pelayanan bagi WGS, secara biblis alkitab memposisikan WGS sebagai umat yang memiliki sejumlah kematangan agar dapat diandalkan. Jelas Sosok Gagah Ketua MPK Masohi.
Karena itu gereja dapat menjadikan WGS sebagai pusat pendidikan iman dan karaketer umat.
Workshop merekomendasikan kebutuhan dibentuknya sebuah wadah fungsional dalam tanggung jawab majelis dapat menjadi agen pelayanan bagi WGS.
***Sumber MPK Masohi