[Ambon, sinodegpm.org] - Sebagai tanda pengabdian, hormat, dan cinta kasih kepada Ibu Pertiwi kita berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya mengawali Peresmian Tugu Tahuri Persaudaraan, memberikan tanda bahwa anak-anak negeri (di Maluku dan Maluku Utara) haruslah mengarah kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia [NKRI]. Sekalipun berbeda suku, ras, agama, golongan, serta tingkat sosial, sesungguhnya itu adalah anugerah Sang Kuasa sebagai kekayaan yang tak ternilai seperti apa yang dikatakan dalam semboyan kita Bhineka Tunggal Ika [berbeda-beda tetapi tetap satu].
Negeri – negeri di pesisir Seram Selatan adalah masyarakat yang pada dasarnya memiliki sistem sosial dan sistem kekerabatan yang patut dilestarikan, yakni “Orang Basudara Ade dan Kaka” (orang bersaudara adik dan kaka) ini adalah falsafah hidup orang basudara.
Teologi Ina mengandaikan kasih ibu yang merangkul semua orang dalam pelukan hangatnya yang penuh cinta dan memastikan bahwa tak seorangpun yang tersingkir ke jurang alienasi dan keterpurukan yang menyedihkan, sebab semuanya dirangkul, dihormati, dan diperlakukan setara. Teologi Ina, dalam konteks ini, melukiskan dengan jelas pengalaman orang Maluku akan Allah Ina yang bersemayam di dunia Nusaina, dan memelihara hidup orang Maluku. Penderitaan Allah yang penuh misteri, the Suffering Divine, menghadirkan cinta-Nya melalui rahim Alifuru Ina kepada semua orang Maluku. Cinta kasih-Nya menyatukan dan mendamaikan Maluku Salam dan Sarane, Tulis Yudit Tiwery Penulis Buku Teologi Ina.
Orang basudara (bersaudara) sesungguhnya lahir dari kesadaran bersama masyarakat terhadap identitas mereka, identitas itu lahir dari kesadaran akan eksistensi mereka sendiri sebagai orang-orang yang sama – sama terlahir dari kandungan “ibu” yang satu, yang disebut Nusa Ina/ falsafah hidup orang basudara kemudian menjadi daya perekat dalam realitas sosial masyarakat di Maluku. Terpenting dari falsafah ini adalah kehidupan orang basudara tidak hanya merupakan suatu kesadaran identitas tetapi merupakan “kecerdasan spiritual masyarakat” dalam menjalani kehidupan bersama, Ini adalah nilai yang paling prinsip dari hidup orang basudara.
Dengan demikian makan, hidup orang basudara sesungguhnya merupakan suatu sakramentum/akta suci yang dapat kita artikan sebagai “Spiritualitas Bela Rasa”. Spiritualitas seperti inilah yang sesungguhnya menjadi perspektif kita dalam menghadapi dan menanggapi konteks pergumulan masyarakat Maluku, terlebih khsus Masyarakat Nusa Ina.
Peresmian Tugu Tahuri Persaudaraan dikordinir Klasis Telutih yang dipimpin oleh Pdt.G.Likumahuwa,.S.Sos menjabat sebagai Ketua Klasis dan Pdt.H.Rehy,.S.Th menjabat sebagai Sekretaris Klasis yang membawahi 2o jemaat pelayanan.
Serimonial berlangsung di Negeri Lafa Kecamatan Telutih, Kabupaten Maluku Tengah 07/12/16 turut dihadiri oleh, Ketua Sinode GPM Pdt.Drs.A.J.S.Werinussa,.M.Si, Gubernur Maluku yang diwakili oleh Staf Ahli Gubernur Ibramim Sangadji, Ketua PGIW Pdt.Dr.Jhon.Chr.Ruhulessin,.M.Si, Pangdam XVI Pattimura diwakili oleh Dandramil Tehoru Idris Leurima, Kapolda Maluku yang diwakili oleh Ipda.J.F.Aritonang, Bupati Maluku Tengah yang diwakili Staf Ahli Asisten Satu Sekda Drs.W.Istia, Bupati Seram Bagian Timur yang diwakili oleh Raja Atiau Muhamadia Wailissa, Camat Tehoru, Ketua Latu Pati Maluku Tengah Yulia.Ayakwane,.S.IP (Raja Negeri Tanah Nahu) dan Raja-Raja tiga kecamatan; telutih, tehoru, siwalalat. Serta seluruh warga masyarakat setempat dari ketiga kecamatan
Persemian Tugu Tahuri Persaudaraan membingkai hidup orang basudara berjalan dengan penuh hikmat, nilai-nilai adat yang diekplore berlangsung atraktif dan memberikan pesan enerjik bagi para hadirin, misalnya tari cakalele saat itu sebagai tari suka cita atau kebahagiaan, nyanyian-nyanyian, kapata-kapata sebegai ekspresi suka cita hidup orang basudara.
Berlangsung Penyerahan Tugu Tahuri Persaudaraan dalam bentuk miniatur dari tukang kepada Ketua Sinode GPM dan selanjutnya dari Ketua Sinode GPM kepada Ketua Tim Tahuri Persaudaraan.
Disisi lain ada unsur yang sakral yaitu berlangsungnya pemberian dan pengukuhan Gelar Adat oleh tetua adat Nusa Tuni kepada Ke - 9 (sembilan) Aita/Ama pemimpin, pengayom, dan pelindung Rakyat di Maluku yang dikukuhkan yakni ;
-
- Bupati Maluku Tengah yang diwakili Staf Ahli Asisten Satu Sekda Drs.W.Istia
-
- Bupati Seram Bagian Timur yang diwakili oleh Raja Atiau Muhamadia Wailissa
-
- Penggagas berdirinya Tugu Tahuri - Ketua PGIW Pdt.Dr.Jhon.Chr.Ruhulessin,.M.Si
-
- Ketua Sinode GPM Pdt.Drs.A.J.S.Werinussa,.M.Si
-
- Ketua Latu Pati Maluku Tengah Yulia.Ayakwane,.S.IP (Raja Negeri Tanah Nahu)
-
- Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Maluku Bpk Idrus Toekan
-
- Kapolda Maluku yang diwakili oleh Ipda.J.F.Aritonang
-
- Pangdam XVI Pattimura diwakili oleh Dandramil Tehoru Idris Leurima
- Gubernur Maluku yang diwakili oleh Staf Ahli Gubernur Ibramim Sangadji
Setelah itu dilanjutkan dengan Doa adat sebelum ada pada jamuan sirih pinang sebagai satu keharusan adat bagi setiap ritual tanah.
Akta peresmian Tugu Tahuri Persaudaraan oleh Upu Tihuli Mauloku (Gubernur Maluku yang Diwakili) diiringi oleh bunyi tifa sayup-sayup sejenak Upu menuju Tifa Peresmian dan akta peresmian ditandai dengan pemukulan tifa secara spontan selubung tahuri terangkat menengadah langit terbuka berwana biru putih cerah tidak digemuruhi hujan atau mendung.
Sebagai Anak Nusa Ina jalan kita adalah kembali kepada falsafah Hidup Orang Basudara menumbuhkembangkan lagi spiritualitas belarasa yang dimiliki. Kesadaran ini sesungguhnya adalah cara orang Maluku dalam menjaga identitas yang telah ditanam oleh Para leluhur sejak semula.
Penandatanganan Prasasti Tugu Tahuri Persaudaraan Oleh Ke - 9 (sembilan) Aita/Ama pemimpin, pengayom, dan pelindung Rakyat di Maluku yang telah dikukuhkan.
Serimonial pun berakhir dan berlanjut dengan makan patita bersama diatas meja adat yang telah disediakan untuk menaruh nilai persaudaraan dalam wujud berbela rasa satu Ina, satu rahim.
Saat diwawancarai Media Center GPM, Ketua Klasis Telutih Pdt.G.Likumahuwa,.S.Sos mengatakan bahwa, Tugu Tahuri Persaudaraan ini sebagai simbol untuk memelihara persaudaraan dalam khebinekaan di Indonesia dari Ina Tuni Kita semua satu Gandong satu suku tidak ada perbedaan tidak ada tumpa darah karena kita memiliki tali darah yang satu ina tuni sopa maraina.Ciptakanlah Toleransi anatara umat beragama. Kita berasal dari satu moyang kita adalah satu darah dan kita adalah satu gandong orang bersaudara. Salam (Islam) Sarane (Kristen) secara damai, membangun Gereja islam ikut dan membangun Masjid basudara sarane ikut ambil bagian. Saya menyambut Gembira memberikan apresiasi yang tinggi atas terlaksananya Peresmian Tugu Tahuri Persaudaraan saya janji saya akan laporkan semuanya kepada Bapak Gubernur Maluku secara detail. Mari kita jaga dia dan pelihara kehidupan hidup orang bersaudara, Ungkap Ketua MUI Provinsi Maluku menegaskan sekaligus mengajak.
Cetus Ketua Sinode GPM dalam sambutannya, dari dahulu sampai sekarang kita semua adalah orang basuadara dan seterusnya adalah orang basudara. Selamat atas diresmikan Tahuri Persaudaraan disini semoga diberkati Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pada saat itu kami disambut dengan penuh persaudaraan dan penuh persahabatan pada saat itu peserta MPL dan sekaligus MPP AMGPM yang dijamu oleh basudara muslim yang dijamu tinggal di rumah mereka masing-masing sebagai tuan dan nyonya rumah. Karena itu lahirnya gagasan tahuri perdamaian saat itu para peserta MPL dan MPP datang dengan perasaan was-was tetapi setelah menemukan bahwa ternyata persaudaraan disini sudah jauh lebih dahulu dan karena itu setelah pasca konflik maka kami mengambil kesimpulan menandai persaudaraan ini dengan membangun tahuri persaudaraan bersama-sama dengan basudara muslim karena itu gagasan awalnya dari Gereja Protestan Maluku setelah diterima dengan sangat rukun, sangat bersahabat, sangat bersaudara oleh saudara-saudara Muslim yang ada disini. Kepada saudara muslim dan seluruh masyarakat telutih dan dari ketiga kecamatan disini sekalilagi kami memberikan apresiasi atas dukungan yang diberikan dan terimakasih semoga Tuhan yang maha esa Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati Kiata semua dalam semangat persaudaraan yang kita warisi dari semangat orang tua kita dahulu, Penjelasan Ketua Sinode GPM Saat di wawancarai Media Center GPM
Gagasan ini di angkat ketika kita menyelenggarakan sidang MPL di Lafa dan kita melihat wilayah telutih, tehoru, siwalalat itu pernah menjadi wilayah konflik dan ketika MPL dilakukan kita melihat bahwa ternyata persaudaraan itu sejati karena basudara muslim juga mengambil peran luar biasa sebagai panitia juga mereka menampung peserta. Kemudian saya didalam pidato waktu itu melihat bahwa ini saatnya kita membangun gagasan perdamaian yang sejati lalu munculah kesadaran kita untuk melihat satu momen-momen yaitu momen tahuri disitu sebetulnya dia lahir dari kesadaran gereja tentang Kemajemukan, Khebinekaan dan saya rasa khebinekaan itu kita miliki bersama bahwa bangsa ini majemuk masyarakat ini majemuk secara budaya, suku, agama adaptasi ekonomi. Bagaimana kita merawat kemajemukan itu ? salah satunya kita menjaga kemajemukan itu dengan menikmati perbedaan itu didalam kesatuan kita, kita berbeda tetapi kita satu dan monumen tahuri persaudaraan sebetulnya sebuah mekanisme kultural yang kita ciptakan untuk merawat khebinekaan itu merawat kebersamaan dan perbedaan, Urai Ketua PGIW Pdt.Dr.Jhon.Chr.Ruhulessin tentang gagasan monumental Tahuri Persaudaraan.
Nama Tahuri Perdamaian adalah terminiologi lokal yang diambil dari simbol kebudayaan “Souupaa” Maraina, yang memiliki makna penugasan menyampaikan berita bagi banyak orang. Dengan Demikian Tahuri Persaudaraan bermakna, “Pergi dan Beritakan Kasih Persaudaraan kepada Dunia”.
Imperative yang sifatnya segera, serta pesan kemanusiaan universal yang tidak bisa ditolak atau diabaikan oleh siapapun. Kita semua selaku anak cucu Nusa Ina masyarakat Maluku dan Maluku Utara, Salam dan Sarane adalah pembawa pesan persaudaraan dari pesisir Seram Selatan kepada semua orang di Indonesia dan Dunia Bahwa, “Dari sini semua katong samua berasal, Nusa Ina Katong basudara gandong ade deng kaka seng pandang beda suku deng agama salam dan sarane hidup basudara bilang par dunia seng ada tampa darah, Karna Katong satudarah seng ada perpecahan karna katong satu gandong.
Pesan persaudaraan ini hendaknya menjadi nadi dalam aliran darah semua orang basudara yang tak hentik berdenyut dan berdetak tetapi juga sebagai simpul dalam penataan hidup persaudaraan yang hakiki sebagai kerangka dasar dari bangunan kehidupan yang berdiri kokoh, yakni kehidupan bersama yang damai dan sejahtera.
Lihat Videonya dibawah ini.
https://youtu.be/EiTbHG22Kus