[Ohoirenan, sinodegpm.org] - Delapan tahun delapan bulan sembilanbelas hari merupakan proses panjang bergumul bersama membangun gedung gereja yang representatif. Kerja keras, bahu membahu oleh warga jemaat, panitia pembangunan, mereka sama-sama mewujudkan impian besar, akhirnya kerja keras mengeluarkan keringat terbalaskan dengan luapan rasa bahagia setelah ditabiskan Gedung Gereja Maranatha jemaat Ohoirenan 18/12/16 oleh Ketua Sinode GPM Pdt.A.J.S.Werinussa,.M.Si.
Jemaat Ohoirenan berada di wilayah pelayanan Klasis Kei Besar yang dipimpin oleh Ketua Klasis Pdt.E.Belwawin.,S.Th dan Sekretaris Klasis Pdt.E.Lakoruhut.,S.Th. Secara administratif Ohoirenan mrupakan salah satu ohoi atau dusun yang berada disebelah timur pulau Kei Besar, kabupaten Maluku tenggara, kacamatan kei besar selatan. Injil masuk pertama kali pada 24 januari 1909 bersamaan dengan dibaptisnya 3 orang anak. benih injil telah ti tabur oleh guru injil, injil terus bertumbuh dan berkembang. Warisan penginjilan terus dipelihara secara baik. Perkembangaan injil mengalami proses pertumbuhan kuantitas serta kualitas, proses mensenyawakan pelayanan dibutuhkan satu gedung gereja maka dilaksanakan pembangunan gedung gereja pertama kali pada tahun 1920.
Gedung geraja adalah rumah Allah, gereja hadir sebagai tempat umat brsekutu dan berkumpul untuk memuji, brsyukur kepada Tuhan atas perlindunganNya. Gedung geraja adalah tempat utama beribdah bagi jemaat, tidak hanya itu namun gedung gereja telah menjadi pusat aktifitas pelayanan.
Selanjutnya, gedung gereja pertama dirasakan sudah tidak dapat menampung jemaat ohoirenan yang terus berkembang secara kuantitas. Akhirnya dibangun gedung gereja sesuai kebutuhan pada tahun 1935. Gedung gereja yang kedua ini diresmikan pada tahun 1945 dan diberi nama Maranatha.
Persidangan jemaat tahun 2004 memutuskan untuk membangun gedung gereja baru, dikarenakan gedung gereja yang lama dari perhitungan usia bangunan sudah tidak layak lagi, dari sisi ruang dan daya tampung juga tidak memungkinkan, sebab jumlah anggota jemaat kian bertumbuh.
Pembangunan gedung gereja terbaru ditandai dengan peletakan batu penjuru gereja pada 29 maret 2008.
Pembangunan gedung gereja dilaksakan secara maren dan yelim. Tradisi adat setempat memberikan arti maren dan yalem sebagai satu tanda berbela rasa menumbang secara sukarela dan bekerja secara bersama-sama oleh warga jemaat ohoirenan. Sumbangan dana maupun moril untuk Jemaat ohoirenan juga mengalir dari orang basudara yang tinggal di tanah perantauan baik Maluku, tanah jawa, maupun luar negeri yang memiliki hubungan persaudaraan dengan ohoirenan. Tak lupa juga pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara turut memberikan bantuan dana serta moril.
Peresmian gedung gereja dihadiri oleh Ketua MPH Sinode GPM, Wakil Ketua Sinode GPM, MPK Klasis Kei Besar, Ketua Majelis Jemaat seklasis Kei Besar, Ketua dan Sekretaris Klasis koordinatif (Klasi kei kecil), mantan pendeta ohoirenan, dan mantan vikaris jemaat ohoirenan.
Hadir juga Bupati Maluku Tenggara, Sekda, Pimpinan SKPD Maluku Tenggara Herman Koedoebun bersama keluarga dan Anggota DPRD Maluku Tenggara.
Berlangsung ibadah syukur di gedung gerja lama, Ketua Majelis Jemaat Ohoirenan Pdt. L.S. Tupalessy, S.Th mengharapkan agar dengan adanya bangunan gereja yang baru diresmikan ini, maka segala pertikaian, masalah, beda pendapat yang ada guna membangun gedung gerja ini berakhir dibgedung gereja yang lama. Melalui gedung gereja yang baru jemaat dapat punya hidup yang baru.
Demikian juga ditekankan oleh Ketua MPH Sinode GPM Pdt.Drs.A.J.S.Werinussa,.M.Si bahwa sebelum ditahbiskan gedung gereja yang lama maka perlu ditahbiskan kehidupan umat, 'dibersihkan' kehidupan umat. Saya berharap di bawah nama Gereja Maranatha ditambahkan bahasa kei, gedung gereja tidak boleh ditutup untuk setiap pelayanan anak yakni Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil, ini mnjadi catatan bagi semua pendeta, ucap Werinussa.
Saya berterimakasih sebab para pelayan GPM di daerah Maluku Tenggara sangat membantu pemerintah dalan membangun masyarakat. Bupati juga mengingatkan supaya gereja tidaklah melupakan guru-guru jemaat yang lebih awal telah menanmkan injil sbelum ada pendeta, tegas Retanubun mengakhiri sambutannya.
Jemaat ohoirenan memiliki 267 kepala keluarga dan 994 jiwa. Listrik dan jaringan komunikasi yang tersedia memadahi menunjang mobilitas pelayanan. Jarak yang ditempuh sekirat kurang lebih dua jam menuju pusat klasis, jalan transportasi darat kurang begitu baik, dapat juga menempuh jalur laut melalui pelabuhan Yamtel waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar satu jam perjalanan tergantung musim..
Penulis: Pdt.Nn.W.Tiblola,.S.Si.Teol Ketua Majelis Jemaat GPM Ngat - Klasis Kei Besar Editor : Media Center GPM