Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Khotbah yang diselenggarakan oleh Klasis GPM Masohi telah memasuki sesi hari ke-2 masih dengan pembicara yang sama, Pdt. Linna Gunawan, D.Min, Dosen STT Jakarta yang mengulas inti khotbah lebih jauh dengan topik “Komunikasi dan Teknik Khotbah (Teori)”.
[embed]https://flic.kr/p/XcS8pQ[/embed]
Dalam sesi ke-2 ini, Pdt. Linna mengupas lebih dalam tentang teknik-teknik berkhotbah dengan tahapan yang perlu diperhatikan oleh seorang Pengkhotbah. Menurutnya, penampilan menjadi bagian penting dalam menyampaikan pesan-pesan Firman Tuhan dengan mengedepankan berbagai aspek komunikasi untuk menggerakan, mengajak bahkan memotivasi orang (pendengar) untuk terlibat didalamnya. Sebuah penyajian khotbah dalam kajian tentang Yesus Kristus mempertemukan keselarasan penyampaian pesan/suara Allah (actio divina) dan pengkhotbah sebagai homo performans.
Hal ini menjadi sebuah kesatuan untuk menyampaikan kabar sukacita kepada jemaat sebagai pendengar dengan teknik komunikasi yang saling menjiwai. Artinya bahwa seorang pengkhotbah harus mengenal betul apa makna dari pesan Firman Tuhan yang akan disampaikan sehingga transformasi yang dilakukan kepada jemaat dapat tersalur dengan baik dan untuk hal itu peran teknik komunikasi menjadi jawabannya. Penafsiran terhadap teks Alkitab (tulisan) secara mendalam dibutuhkan untuk memaknai kondisi dan situasi ketika peristiwa tersebut terjadi untuk selanjutnya disampaikan kepada jemaat secara lisan dan kreatif.
Persiapan
Penyajian dan penyampaian khotbah dapat berkualitas dimulai ketika sebuah persiapan dilakukan secara baik. Waktu dalam mempersiapkan sebuah materi khotbah dibutuhkan jauh lebih awal sehingga seorang pengkhotbah dapat memaknai inti dari pesan Firman Tuhan yang akan disampaikan. Dengan sebuah kematangan dalam mempersiapkan bahan khotbahnya, seorang pengkhotbah akan memiliki sebuah kepercayaan diri untuk membimbing dan mengajak umat untuk turut menjiwai pesan Firman Tuhan yang disampaikan.
Menurut Fred Craddock, Beberapa hal yang diperhatikan oleh seorang pengkhotbah dalam persiapan ini yaitu :
- Yakin dengan isi khotbah yang akan disampaikan. Untuk itulah keteduhan jiwa dalam menyiapkan khotbah menjadi sebuah totalitas menjiwai isi Firman yang akan disampaikan.
- Sadar bahwa khotbahnya telah disiapkan dengan matang. Hal ini menjadi penting untuk meningkatkan kepercayaan diri dan menguasai seluruh bahan khotbah yang ada.
- Mencari kegiatan yang mengurangi ketegangan. Seorang pengkhotbah tidak dimungkinkan disibukkan dengan hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasinya termasuk hal teknis untuk persiapan ibadah yang harus disiapkan secara baik orang lain.
- Retreat kecil. Membangun komunikasi yang lebih mendalam dengan Tuhan menjadi bagian yang dibutuhkan oleh seorang pengkhotbah untuk mendapatkan ketenangan jiwa sehingga jemaat benar-benar tercerahkan dengan apa yang disampaikan.
- Menjaga kesehatan tubuh. Kesehatan menjadi faktor penting oleh seorang pengkhotbah agar tidak menjadi hambatan bagi pengkhotbah dalam menyampaikan bahan khotbahnya.
Suara
Dalam menyampaikan khotbah seorang pengkhotbah harus dapat menguasai situasi yang ada dalam ibadah sehingga pengkhotbah dapat mengatur suaranya. Pada teknik ini, seorang pengkhotbah diharapkan dapat belajar mengatur nafas saat berkhotbah. Teknik ini memungkinkan pengkhotbah dapat mengambil nafar secara teratur dan tekanan dilakukan pada saat tertentu sesuai tuntutan materi khotbah yang disampaikan. Seorang pengkhotbah juga harus memperhatikan artikulasi kata.
[embed]https://flic.kr/p/XcS9nG[/embed]
Kejelasan mengucapkan sebuah kata menjadi penting agar pendengar dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh pengkhotbah. Selain itu juga penkhotbah perlu memperhatikan huruf-huruf yang bunyinya hampir sama seperti v-f,d-t, f-p.
Naskah
Dalam menyusun naskah khotbah, pengkhotbah diharapkan dapat mengandalkan imajinasi terhadap pendengar yang akan disampaikan. Sebuah khotbah yang inspiratif bila “dugaan” pendengar tentang isi khotbah berbeda dengan isi khotbah yang disampaikan. Artinya bahwa pengkhotbah perlu memperhatikan sudut pandang yang berbeda dari pembacaan Firman Tuhan yang biasanya diterima pendengar untuk menghindari kebosanan pendengar menyimak khotbah yang disampaikan.
Pdt. Linna pada topik ini juga memberikan tekanan pada cara menyampaikan khotbah dengan memperhatikan kecepatan, pitch, volume dan pause saat kalimat disampaikan. Pada saat mana sebuah kalimat mengalami volume tinggi tanpa henti atau pause pada bagian kalimat tertentu tergantung pemaknaan terhadap isi teks yang disampaikan sehingga pendengar tidak mengalami kesalahan dalam menangkap perihal yang disampaikan. Penekanan terhadap kata-kata tertentu hingga kombinasi volume yang perlu diatur menjadi teknik yang sangat penting dalam menyampaikan isi khotbah dengan penjiwaan mendalam sehingga pesan dapat tersampaikan kepada pendengar dengan sempurna.
Tubuh
Sebuah kutipan singkat dari kata-kata Martin Luther “worship is not a function of the mouth but the whole body” telah menunjukan bahwa sebuah penyembahan bukan saja dilakukan dengan mulut tetapi dengan seluruh tubuh kita. Hal ini memberikan gambaran bahwa ketika sebuah khotbah disampaikan kepada pendengar pun, seluruh tubuh memegang peranan penting untuk menunjukan hal-hal yang dimaksudkan oleh pengkhotbah.
Ada penekanan khusus pada kata-kata tertentu dan membutuhkan bahasa tubuh yang menjiwai pemaknaan dari kata tersebut harus menjadi perhatian seorang pengkhotbah. Sikap, posisi berdiri, ritme, gestur tubuh memberikan arti tersendiri dalam menjiwai setiap kata yang disampaikan.
Setiap anggota tubuh seorang pengkhotbah berperan sebagai media untuk menyalurkan pemaknaan dari setiap kata yang disampaikan kepada pendengar. Kepala dan wajah, yang lebih menjadi simbol kepemimpinan dan menjadi fokus untuk panca indera dapat digerakkan dalam tujuan tertentu, mata yang menjadi objek pandangan pendengar kepada pengkhotbah pun dapat menggerakan orang mengetahui apa pesan yang ingin pengkhotbah sampaikan dengan mimik dan gestur yang sesuai dan tidak berlebihan. Demikian pula halnya anggota tubuh lainnya yang menunjukan pemaknaan yang sesuai dengan pesan yang disampaikan.
Penyajian dan penampilan khotbah diperlukan komunikasi yang selaras antara pesan Firman Tuhan yang disampaikan dengan cara menyampaikannya dengan memperhatikan olah diri, olah rasa dan olah raga kita. Menjadi catatan penting yang disampaikan oleh Pdt. Linna adalah bagaimana seorang pengkhotbah tahu tentang apa yang disampaikan dan bagaimana menyampaikannya kepada pendengar sehingga pendengar memahami apa yang disampaikan dan berdampak kepada pendengar.
Pada sesi hari ke-2 ini pula tak hanya teori yang disampaikan tentang komunikasi dan teknik khotbah yang dibagikan kepada peserta yang notabene adalah para pendeta se-Klasis GPM Masohi ini. Namun pada sesi selanjutnya beberapa pendeta diberikan kesempatan untuk mempraktekan teknik khotbah tersebut di depan ruangan.
Pdt. Linna Gunawan sebagai narasumber memberikan masukan terkait komunikasi dan teknik khotbah yang disampaikan. Kesempatan selanjutnya diberikan kepada pendeta-pendeta lainnya untuk berkhotbah pada sesi ke-3.
Penulis : Tim INFODOTKOM Klasis GPM Masohi