NARASI KEGIATAN PELAYANAN SOSIAL
BAKU BAGE SAGU – PERUATI DAERAH MALUKU
Rabu, Kamis – 27-28 Mei 2020
PERUATI, COVID & SAGU
PERUATI (Persekutuan Perempuan Berpendidikan Teologi di Indonesia) atau ATEWI (Association of Theologically Educated Women in Indonesia) sebagai wadah yang berdiri sejak tanggal 26 Mei 1995 di Tomohon, bagi para perempuan teolog di Indonesia adalah rumah dan gerakan bersama bagi pembebasan dan transformasi dan menjadikan feminisme sebagai alat perjuangan untuk mewujudkan keadilan, kesetaraan dan perdamaian bagi semua ciptaan. Sebagai organisasi yang bersifat independen, ekumenis dan berperspektif feminis kritis, maka dalam seluruh giatnya PERUATI berusaha mengamati setiap fenomena kehidupan yang terjadi dengan ketajaman menganalisa, tetapi juga kepekaan seorang perempuan untuk merasakan dan kemudian mampu bertindak melakukan berbagai aksi yang pro kehidupan.
Dengan demikian PERUATI Daerah Maluku turut mengambil bagian untuk menyikapi berbagai fenomena yang terjadi di seantero dunia, termasuk di Maluku yang sementara dilanda pandemi Corona Virus Disease-19 (COVID-19), yang bukan saja mempengaruhi dimensi kesehatan fisik manusia, tetapi yang lebih hebat mempengaruhi dimensi ekonomi setiap keluarga. Di satu sisi anjuran untuk ‘Stay At Home’ dianggap sebagai cara terbaik untuk menghentikan penyebaran virus, namun di sisi lain justru memperparah situasi ekonomi, khususnya bagi keluarga-keluarga yang tidak memiliki penghasilan tetap setiap bulan, termasuk para perempuan sebagai pekerja. Dan dari hasil pengamatan kami di kota Ambon, salah satu pekerjaan yang terdampak pandemi ini adalah para pekerja jalanan (tukang sapu jalanan), yang kebanyakan dilakukan oleh kaum perempuan. Mereka adalah perempuan pekerja paruh waktu, baik untuk shift pagi antara jam 05.00 – 07.00 wit dengan volume pekerjaan 600 – 700 meter, mereka dibayar Rp. 25.000 dan shift siang antara jam 11.00 – 16.00 wit dengan volume pekerjaan 1 – 2 km, mereka dibayar Rp. 50.000. dan itu dilakukan setiap hari dengan lokasi dan volume pekerjaan yang sama. Bisa dibayangkan mereka hanya mengantongi Rp. 375.000 – 700.000 per 14 hari, berbanding terbalik dengan kebutuhan makanan sehat di masa pandemi ini bagi seluruh anggota keluarga. Sementara pekerjaan mereka sangat rentan dengan ancaman terjangkitnya virus ini. Keadaan inilah yang menggerakkan PERUATI Daerah Maluku untuk melakukan sesuatu demi kehidupan para tukang sapu jalanan yang kebanyakan perempuan.
Maka pada Peringatan Hari Ulang Tahun PERUATI ke-XXV kali ini, PERUATI Daerah Maluku melakukan sesuatu yang lain daripada perayaan-perayaan sebelumnya. Perayaan kali ini jauh dari kemeriahan pertemuan dan pesta, jauh dari kegiatan-kegiatan seminar maupun diskusi, termasuk ibadah ritual yang juga tidak dapat dilakukan. Kami mengkonsentrasikan pikiran dan tenaga kami untuk melakukan ibadah sosial yang kami namakan “Baku Bage Sagu”, yang dalam bahasa Ambon sehari-hari artinya “Saling Berbagi Sagu sebagai pangan lokal di Maluku”. Kegiatan ini sebetulnya terinspirasi dari pertama, kegiatan ‘baku bantu bajual Sagu’ (saling membantu untuk menjual sagu), yang selama ini dilakukan oleh para perempuan penjual sagu yang kebanyakan dari pulau Saparua – Kabupaten Maluku Tengah, mereka melakukan perjalanan menyeberangi lautan ke Kota Ambon dan melakukan papalele di pasar dan ataupun berjalan dari rumah ke rumah.
Tetapi karena kondisi pandemi ini maka seluruh proses itu tidak dapat dijalankan, maka PERUATI Daerah Maluku tergerak dan kemudian melakukan kerjasama dengan perempuan pendeta di jemaat-jemaat penghasil sagu, untuk kali ini dari Jemaat GPM Nolloth – Klasis GPM Pulau Lease, untuk tetap memproduksikan sagu dan kami memfasilitasi penyalurannya kepada para konsumen yang membutuhkan dengan terlebih dahulu memanfaatkan media online (facebook dan whatsApp) dalam pemasarannya. Dan kerja ini memberi pemasukan yang cukup bagi para penjual sagu tersebut. Kedua, bahwa sagu sebagai pangan lokal adalah jenis makanan yang tahan lama (bisa berbulan-bulan), bahannya tersedia hampir di seluruh daerah di Maluku, dan menjadi pangan yang sehat sebagai pengganti nasi.
‘Baku Bage Sagu’, bukan saja sebuah tema yang diusung dalam kegiatan ini dengan filosofi berbagi hidup bagi sesama dalam konteks budaya Maluku, tetapi juga secara nyata dalam melakukan aksi berbagi, kami menyertakan sagu dalam paket pemberian sebagai simbol untuk mengingatkan para penerima bahwa saatnya kini kita memanfaatkan pangan lokal yang selalu tersedia tanpa putusnya di lingkungan kita. Selain beberapa pangan lainnya yang juga disertakan dalam paket tersebut, seperti kacang hijau, kacang tanah, gula pasir, dan susu serta sebuah leaflet sebagai tindakan edukasi tentang bagaimana hidup sehat menghadapi pandemi ini. Kami menyediakan 700 paket yang pendanaannya berasal dari berbagai upaya ‘sorong bahu’ (kerelaan memberi), yang diberikan oleh para anggota PERUATI Daerah Maluku yang tersebar di Maluku dan Maluku Utara, juga bantuan-bantuan dari berbagai pihak baik pribadi maupun komunitas, seperti Christian Men’s Network Maluku (CMN Maluku).
Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari pada tanggal 27 dan 28 Mei 2020 oleh Badan Pengurus PERUATI Daerah Maluku dan perwakilan dari setiap Pengurus Cabang terdekat (Kota Ambon, Pulau Ambon, Pulau Ambon Timur dan Pulau Ambon Utara) di sepanjang jalan tempat mereka berkerja pada tiga Kecamatan di Kota Ambon (Nusaniwe, Sirimau dan Salahutu). Kami bertemu, bercakap sesaat, dan memberikan paket-paket itu. Ada banyak hal menarik yang kami temukan dalam perjalanan itu, antara lain, kami tidak saja memberi kepada para penyapu jalanan, tetapi di sana juga kami bertemu dengan para pekerja pengangkut sampah dan para pemulung yang berjalan untuk mencari barang bekas, seperti botol maupun gelas plastik untuk dijual dengan harga Rp. 3.000 per kilo. Miris memang... dan karena itu kami sungguh bersyukur bahwa kami bisa hadir di sana dan memberi sedikit dari apa yang kami miliki. Kiranya pengalaman yang menarik ini terus mengobarkan semangat kami untuk melakukan yang terbaik. Kami mengakhiri aksi ini dengan ajakan: “Mari katong hadapi Pandemi Covid-19 dengan mempersiapkan Sagu dan berbagai pangan lainnya seperti Kasbi, Ubi, Pisang, Sayuran dan Buah lokal yang sehat” sebagai pangan lokal orang Maluku” sambil mengingatkan: “Jang lupa SOMBAYANG, pasti Tuhan jaga katong”
Salam Sophia...
PERUATI: “TAJAM MENATAP, PEKA MERASAKAN, BERANI BERTINDAK...”
BPD PERUATI MALUKU dan Seluruh Anggota.