[Kairatu, sinodegpm.org] - Ketika Para Pelayan Berlatih Mengembangkan Pastoral Masyarakat Dalam Pelayanan.
Pada tanggal 15 s/d 16 Maret 2017, Klasis GPM Kairatu menyelenggarakan Pelatihan Pastoral Konseling yang berlangsung di Jemaat GPM Waisamu. Kegiatan ini merupakan hasil implementasi program Sidang Klasis ke-46 di Jemaat GPM Tala akhir Februari yang lalu, pada Bidang PTPU, Ruling Pembinaan Pastoral Konseling.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam koordinasi bersama antara Sinode GPM dengan Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga. Hadir sebagai Fasilitator ialah Pdt. DR. Jacob Daan Engel, seorang anak asli Saparua yang selama ini menjadi dosen di Fakultas Teologi UKSW dan melayani sebagai pendeta di GPIB.
Pak Yob demikian beliau disapa menyampaikan materi Pastoral Masyarakat untuk menjadi model pelayanan Pastoral Konseling, sehingga dapat dikembangkan dalam pelayanan gereja. Pastoral masyarakat intinya merupakan bentuk pertolongan secara komperhensif yang berdasarkan pada kompetensi multikulural dan berorientasi pada keadilan sosial.
Menurut pak Yob metode pelayanan pastoral yang dikembangkan/ dipraktekan selama ini merupakan suatu warisan barat sehingga lebih menekankan asumsi nilai-nilai, preferensi ideologis, apriori kognitif yang berafiliasi pada psycological strength (pemenuhan kebutuhan, preferensi interpersonal dan intrapersonal). Paradigma pelayanan pastoral selama ini berhubungan dengan dimensi spiritual yang lebih menekankan kekristenan. Hal ini akan melahirkan benturan-benturan dengan kearifan lokal yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Lebih lanjut menurut beliau Pastoral sesungguhnya merupakan suatu proses memanusiakan manusia secara menyeluruh dengan kemampuan yang dimiliki (nilai-nilai budaya, adat istiadat, ritus dsb).
Pelatihan ini diatur selama dua hari di mana hari pertama dimaksimalkan untuk pemaparan materi sebagai dasar teoritis yang dipakai, dan hari kedua terfokus pada praktek pastoral konseling. Oleh karena pastoral masyarakat merupakan suatu teknik pastoral yang mengedepankan aspek budaya, maka dalam pembagian kelompok untuk praktek konseling pastoral dibagi berdasarkan pulau-pulau besar di Maluku yang memiliki kekhasan budayanya masing-masing. Para pendeta yang mengikuti pelatihan di bagi dalam lima kelompok, yakni kelompok Ambon, Kelompok Lease, Kelompok Maluku Tenggara, dan Kelompok Seram.
Kelima kelompok yang telah dibagi akan membuat simulasi setiap tahapan proses konseling pastoral dengan menunjukan kekhasan budaya masing-masing dalam upaya mencoba menyelesaikan masalah yang terjadi. Semisal kelompok Maluku Tenggara menyajikan kasus “Toki Kaleng”, kelompok Ambon dengan persoalan kekerasan verbal dalam rumah tangga, kelompok Seram dengan kasus perkelahian yang diselesaikan dengan adat rotan negeri.
Para peserta sangat mengapresiasi kegiatan ini sebab memperkaya pengetahuan mereka tentang teknik-teknik pastoral konseling. Pak Jan Matatula, S.Th (Ketua Klasis Kairatu) sangat berterima kasih dengan adanya kegiatan ini yang bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas para pendeta di wilayah pelayanan Klasis GPM Kairatu. Sebagai rencana tindak lanjut kedepannya dibentuk Tim Pastoral Tingkat Klasis yang terus diberdayakan untuk menangani masalah pastoral konseling di wilayah Klasis Kairatu.
Di akhir kegiatan pak Yob menyerahkan bingkisan bagi para pendeta yang selama ini menjadi mentor bagi kesembilan mahasiswa Fakultas Teologi UKSW yang sementara berpraktek di beberapa jemaat di Klasis Kairatu. Tak lupa pula Pak Yob memberikan hadiah empat buah buku hasil tulisannya kepada KetuaKlasis Kairatu sebagai kenang-kenangan.
Kedepannya Klasis Kairatu membentuk tim Pastoral Klasis sebagai langkah tindak lanjut dari pelatihan ini sebagai langkah melakukan pembinaan pastoral bagi pelayan khusus di lingkungan Klasis Kairatu. Sebab pada kenyataanya yang membutuhkan pendampingan pastoral bukan hanya warga jemaat tetapi juga pelayan khusus. (DS)