[Ambon, sinodegpm.org] - Perubahan sosial di Maluku Barat Daya adalah fakta yang telah dan akan terus berlangsung.
Blok Masela merupakan salah satu katup perubahan, selain perubahan lain yang terus terjadi.
Pasar kerja akan menjadi ajang unjuk kemampuan dan kinerja di satu sisi. Pada sisi yang sama merupakan ajang kompetisi kompetensi bagi masyarakat.
Sadar akan hal itu, Klasis GPM Pulau-pulau Leti Moa Lakor membangun kerjasama dengan Balai Latihan Kerja (BLK) Ambon guna melatih keterampilan pemuda gereja pada keterampilan welding atau pengelasan, otomotif, elektronik dan kelistrikan.
Bertempat di Kantor Desa Kaiwatu (17/5-2017), dilaksanakan acara pembukaan kegiatan.
Sekretaris Umuk Sinode GPM, Pdt. E.T. Maspaitella, dalam arahannya mengatakan bahwa pelatihan keterampilan bersama BLK menjadi bukti bahwa gereja telah mendorong kerjasama strategis dengan pemerintah, melalui Pelatihan Berbasis Kompetensi Non-Institusional.
Hal ini sudah berlangsung di beberapa Jemaat dan Klasis seperti di Taniwel (Jemaat Patahuwe) Lease (Jemaat Nolloth) dan Pulau Ambon Utara (Jemaat Rumahtiga).
Kedua, kegiatan ini menjadi bagian dari proses gereja mendorong pendidikan vokasi, sebagaimana termuat dalam PIP-RIPP GPM, dengan tujuan mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan, mendorong terbentuk kelompok kerja profesional yang memungkinkan pengelolaan sumber daya secara efisien.
Ketiga, agar ada kordinasi pengembangan ekonomi antar wilayah di kawasan kepulauan dengan mendorong percepatan pembangunan kawasan. Ketika tenaga kerja trampil sudah ada maka terbuka ruang untuk gereja membentuk kualitas ekonomi warga jemaat.
Keempat, sertifikat dari pelatihan ini telah bisa digunakan untuk bersaing di pasar kerja karena itu gereja perlu memberi konsentrasi pada program koordinatif seperti ini melali Klasis-Klasis GPM.
Pada kesempatan yang sama, Kepala KTU BLK Ambon, Ny. C. Latuhihin, mengatakan ada tiga alasan pokok pelaksanaan kegiatan ini.
Pertama, kemiskinan penduduk yang cukup tinggi, peringkat dua Provinsi Maluku. Kedua, kendala transportasi antarwilayah. Ketiga, ketersediaan tenaga trampil dalam mengisi pembangunan wilayah.
Karena itu menurutnya, pelatihan ini dapat sedikit demi sedikit mengurangi masalah pertama yaitu kemiskinan dan menyediakan tenaga trampil untuk mendukung pembangunan wilayah.
Kegiatan ini direncanakan berlangsung selama 160 jam atau satu bulan kerja efektif. Terlaksana di tiga lokasi yaitu di Kaiwatu (listrik dan las), Wakarlely (Las) dan Lakor (elektronik).
Setiap kelas terdiri dari 16 siswa atau secara keseluruhan berjumlah 64 siswa yang berasal dari Jemaat-jemaat di Klasis Leti Moa Lakor, Maluku Barat Daya.
Ketua Klasis GPM Pulau-pulau Leti Moa Lakor, Pdt. M. Timisela, S.Th, menjelaskan ini adalah langkah awal yang akan dilanjutkan ke tahun depan unt jenis keterampilan lain seperti jahit-menjahit, pertanian, computer/multi media, dan pengolahan makakan dari bahan pangan lokal.
Dirinya bersyukur karena ada animo yang tinggi dari warga jemaat, malah ada di antara siswa yang telah memiliki keterampilan secara otodidak, sehingga pelatihan ini akan memicu peningkatan keterampilan mereka.
Penulis : Pdt.E.T.Maspaitella,.M.Si