Majelis Jemaat GPM Slealale, Klasis Buru Selatan berbagi kasih dalam menyambut Natal tahun 2018.
Tahun ini dalam menyambut Natal Yesus Kristus, kami membagikan diakonia kepada janda, duda serta yatim piatu. Pemberian tersebut merupakan bentuk kasih yang akan diajarkan terus menerus kepada jemaat agar jangan segan-segan untuk berbagi dengan sesama, apalagi bagi mereka yang membutuhkan sehingga Kasih Kristus selalu tercermin lewat seluruh karya bakti kita, ungkap Pdt. S. Redjo, M.Th selaku ketua Majelis Jemaat.
Apalagi, dalam menghadapi era yang penuh dengan tantangan, jika tidak mendapatkan bekal yang kuat pasti dengan mudah manusia terbawa arus negatif.
Disini Gereja menjadi penyokong dan penopang untuk memberikan pencerahan tentang pentingnya kerja keras agar dapat memperoleh berkat dari Tuhan.
Sejumlah 33 orang yang menerima Bingkisan Pelayanan Kasih, dan tahun ini kami tidak memberikan bantuan berupa sembako, namun hanya berupa Dana bagi mereka yang benar-benar membutuhkan.
Terlihat seluruh anggota jemaat yang hadir dalam ibadah minggu sangat terharu ketika moment ini diselenggarakan.
Pdt. S. Redjo, M.Th Selaku Ketua Majelis Jemaat membagikan bantuan dana kepada warga jemaat yang membutuhkan.
Minggu-minggu Adven merupakan momen penghayatan tentang siapa Yesus Kristus dalam sosok teladannya yang dinyatakan oleh Alkitab. Kedatangan Kristus dilihat sebagai bentuk pengharapan jemaat akan hidup di saat ini untuk memaksimalkan semua potensi, yakni sumberdaya manusia, sumber daya alam sebagai bekal untuk kehidupan yang berkualitas.
Setelah masa adven kita akan masuk pada perayaan Natal. Natal bergemah menghadirkan damai sejahtera bagi jemaat yang diam dan tinggal bersama jemaat. Materi bukan segalanya tetapi melalui stimulan yang diberikan bagi jemaat mau meresponi bahwa jemaat butuh didorong, dimotifasikan sehingga tergerak menyambut hidup yang berpengharapan.
Dalam peristiwa Natal, Allah di dalam Yesus Kristus menyatakan cinta kasih-Nya yang besar kepada dunia, (rumah bersama kita). Dunia adalah ciptaan-Nya, karena itu secara teologis dunia berbeda dari Allah, dianggap berdosa dan penuh nista. Dalam peristiwa Natal dunia yang berbeda dan penuh nista ini dibarui. Sebab di dalam peristiwa Natal, Allah yang kudus dan tak terhampiri itu menjadikan dunia sebagai sasaran dari cinta kasih-Nya. Dia masuk ke dalamnya dan menjadi bagian dari sejarah dunia. Dengan begitu dunia yang nista ditransformasi menjadi panggung / arena di mana perbuatan-perbuatan cinta kasih-Nya dinyatakan