Masohi, SinodeGPM.ORG - Dinamika pelayanan gereja membutuhkan sentuhan-sentuhan kreatifitas yang menyegarkan. Praktek-praktek pelayanan gereja harus mampu memberikan energi bagi umat menjalani kehidupannya. Hal itu disadari oleh para pelayan di Klasis GPM Masohi.
Cerita inspiratif dianggap dapat menjadi media bagi umat menghayati iman dalam kesehariannya. Namun, para pelayan merasa belum memiliki kemampuan memadai untuk menarasikan kisah-kisah tertentu menjadi cerita yang inspiratif. Karena itu, di dalam Sidang ke-32 Klasis GPM Masohi 2016 diputuskan untuk membentuk Tim Penulisan Cerita Inspiratif. Kegiatan pertama yang dilaksanakan sehubungan dengan itu adalah Pelatihan Penulisan Cerita Inspiratif.
Pelatihan digelar pada tanggal 16-17 Oktober 2016 di Gedung Gereja Maranatha Jemaat GPM Masohi. Sebanyak 25 orang yang terdiri dari unsur MPK, Staf, Tim, dan Pendeta Jemaat menjadi peserta. Kegiatan dibuka oleh Anggota MPK Pdt. V. Maitimu yang menyambut gembira pelaksanaannya dan mengharapkan agar para peserta dapat berlatih semaksimal mungkin. Tujuan kegiatan sebagaimana disampaikan oleh Ketua Tim Penulisan Cerita Inspiratif Klasis GPM Masohi Pdt. Nn. E. Toisuta adalah, (1) Peserta memahami signifikansi cerita inspiratif dan pemanfaatannya dalam pelayanan gereja, (2) Tim memiliki kapasitas dalam menggali dan menghimpun sejumlah cerita inspiratif, (3) Tim memiliki kapasitas menulis cerita inspiratif.
Untuk memenuhi harapan dan tujuan itu, penyelenggara menghadirkan wartawan senior dan sastrawan Rudi Fofid. Sehari sebelumnya, ia baru melatih para pemuda dalam kegiatan pelatihan jurnalistik gereja yang diselenggarakan oleh Biro Pemuda Sinode GPM di Aula Kantor Sinode. Penulis yang sering dipanggil Opa itu memang piawai dalam merangkai kata. Hal itu dibuktikan dengan contoh-contoh tulisannya yang ditampilkan pada saat pelatihan. "Tulisan-tulisan Opa sangat inspiratif," ujar seorang peserta pelatihan.
Beberapa materi yang disampaikan Opa dalam gayanya yang khas adalah: Cerita inspiratif dan seluk-beluknya; kemungkinan-kemungkinan pemanfaatan cerita inspiratif dalam pelayanan gereja, upaya menemukan dan mengemas peristiwa menjadi cerita inspiratif, aspek-aspek penting penulisan cerita, menulis cerita inspiratif yang cocok dengan bacaan-bacaan Alkitab.
"Fakta, perasaan, dan pikiran adalah tiga elemen dasar dalam menyusun suatu cerita" kata Opa memulai latihan menulis. Peserta diminta menulis cerita tentang ibu masing-masing dengan memperhatikan tiga elemen dasar itu. Setelah itu, peserta diminta membacakan cerita mereka. Salah seorang peserta mulai membaca ceritanya, tak lama kemudian air matanya berderai. Dengan terisak dan mata berkaca-kaca, ia berusaha keras menyelesaikan ceritanya. "Saya suka air mata itu. Air mata keharuan, bukan kesedihan. Air mata yang harus terus dijaga sebagai tanda syukur. Itu inspiratif" tandas Opa. Peserta juga dilatih menulis kisah yang diceritakan oleh sumber informasi.
Dalam pelatihan itu, peserta berupaya memaksimalkan kemampuan menulis. Pdt. Nofri Puttileihalat sebagai salah seorang peserta menyatakan, "Saya sangat senang dapat dilatih oleh orang yang berpengalaman dan sangat inspiratif seperti Opa. Dengan pelatihan ini, saya merasa terbantu untuk menyampaikan firman Tuhan dengan memanfaatkan kisah-kisah di sekitar kehidupan umat. Tinggal menulis saja kisah-kisah itu menjadi cerita inspiratif seperti yang diajarkan dalam pelatihan."
Pelatihan telah usai, rencana kerja tindak lanjut harus diimplementasikan. Ada banyak kisah inspiratif yang dapat ditulis menjadi cerita untuk diberitakan sebagai bagian dari kesaksian iman kepadaNya.
Penulis: Jusnick Anamofa