Ada yang spesial di Minggu Adventus I, 01 Desember 2019, di Klasis GPM Tanimbar Selatan. Disebut spesial, karena berlangsungnya 2 [dua] moment gerejawi yang berkaitan dengan tugas-tugas pemberitaan dan pengutusan yang diamanatkan oleh Yesus Kristus kepada gereja-Nya.
Pagi hari, di Jemaat GPM Wermatang berlangsung ibadah penahbisan gedung baru gereja "Fwinin Lanratwe" oleh Pdt. Athes J.S. Werinussa, Ketua MPH Sinode GPM.
Malam harinya, bertempat di gedung gereja Imanuel, Jemaat GPM Adaut, dilangsungkan Serah Terima Jabatan Ketua Majelis Jemaat GPM Adaut, dari Pdt. Heinard Talarima, M.Th., kepada Pdt. Robert Steward Lawalatta, S.Si. Syukur, bisa mengambil bagian dalam kedua moment tersebut. Empat tahun lalu, mengantar Pdt. H. Talarima 'masuk' ke Adaut. Sekarang mendampinginya 'keluar' dari Adaut.
Pdt. R.S. Lawalatta, S.Si., sebelumnya adalah Ketua Majelis Jemaat GPM Wesawak, Klasis GPM Tanimbar Selatan.
Sedangkan Pdt. H. Talarima, M.Th., selanjutnya akan memangku tanggung jawab sebagai Sekretaris Klasis GPM Seram Timur, merangkap sebagai Ketua Majelis Jemaat GPM Bula.
Usai serah terima, keesokan harinya Pdt. H. Talarima bersama keluarga harus menuju Ambon, selanjutnya ke Bula untuk pelaksanaan tugas-tugas yang telah menanti. Tak ada kesempatan untuk acara pamitan dari unit ke unit. Tetapi Majelis Jemaat bersama umat dan para pemangku kepentingan lainnya di jemaat memakluminya. Sebagai gantinya, digelar acara makan bersama dan temu-pisah di sekeliling halaman gedung gereja Imanuel.
Tantangan di Seram Bagian Timur tentu relatif berbeda dengan di Adaut. Secara sosio-kultural, ekonomi dan politik konteks pelayanan di Seram Bagian Timur tentu agak berbeda dengan di kepulauan Tanimbar. Termasuk dalam hal komposisi umat beragama. Untuk hal itu, mungkin persoalannya agak kompleks. Misalnya, bagaimana menjaga dan menjalin hubungan antar pemeluk agama menjadi relasi persaudaraan yang kokoh. Termasuk upaya membangun relasi dengan pemerintah daerah Seram Bagian Timur dan semua pemangku kepentingan. Konsolidasi jemaat-jemaat untuk menopang pelayanan gereja adalah tugas lain yang membutuhkan kearifan. Tetapi dalam hal kemiskinan [kultural, struktural], 'wajah' dan penyebabnya nyaris sama dimanapun adanya. Ke wilayah dengan tantangan seperti itu - dan masih banyak lagi tantangan lain - Pdt. H. Talarima diutus.
Sama halnya dengan Pdt. R.S. Lawalatta. Usai serah terima ini sudah ada sejumlah tugas yang menanti, dengan tantangan yang relatif berbeda dengan jemaat sebelumnya. Wesawak terbentuk dari pemukiman resettlement dan tergolong sebagai jemaat yang "kecil" dari sisi jumlah jiwa: sekitar 408 jiwa dengan 120 KK. Sebagian besar berdomisili di Wesawak. Sisanya tersebar di sejumlah lokasi yang cukup jauh di bagian Timur dari pusat jemaat.
Sebaliknya, Adaut adalah salah satu jemaat di Klasis GPM Tanimbar Selatan yang tergolong "besar" dari sisi jumlah jiwa: 4.783 jiwa dengan 914 KK. Jumlah jiwa dan KK yang terdaftar di desa Adaut tentu lebih besar lagi, karena kedudukannya sebagai pusat kecamatan Selaru. Jumlah jiwa yang sangat banyak dan heterogen itu terkonsentrasi dalam 1 wilayah hunian dan sejumlah tnyafar [rumah kebun yang ditinggali selama berbulan-bulan, dengan sejumlah masalah], yang karenanya memiliki tingkat kerawanan yang tinggi. Tnyafar-tnyafar yang tersebar itu sudah waktunya dikelola menjadi sentra pangan dan dan sumber protein hewani, dalam kerjasama dengan pemerintah kabupaten, pemerintah kecamatan dan pemerintah desa. Agenda-agenda pemberdayaan harus digagas dan dilaksanakan secara berkelanjutan.
Anak putus sekolah, perkawinan usia muda, ijon, judi, sebagai mata rantai kemiskinan harus dipotong. Penghuni tnyafar: anak-anak sampai orang tua - harus dikunjungi dan didampingi secara kontinyu agar hak-hak mereka, baik sebagai warga negara maupun warga gereja tidak terabaikan.
Keberadaan Adaut sebagai pintu masuk dan keluar pulau Selaru, semakin menambah problematika di Adaut. Adaut ibarat laut Egron. 'Gelombangnya' datang silih berganti, tak dapat diprediksi. Rencana beroperasinya INPEX MASELA tentu menghadirkan peluang untuk meningkatkan taraf hidup, selain tantangan dan ancaman yang tak dapat dielakan. Berbenah diri adalah kata kunci, jika tidak ingin dilindas oleh perubahan-perubahan yang akan terjadi. Ke jemaat dengan tantangan yang beragam seperti itulah, Pdt. R.S. Lawalatta diutus.
Semoga Allah dalam Yesus Kristus memampukan kedua hamba-Nya untuk melayani, bersaksi dan bersekutu dengan setia, sebagaimana mereka telah melakoninya di jemaat sebelumnya.
Adaut - Saumlaki, 1 - 2 Desember 2019.
-----------
Penulis : Pdt. Max. Syauta
Jabatan : Bendahara Sinode GPM