[Ambon, sinodegpm.org], - Media sosial telah menjadi tren di era digital, dahulu handphone tanya berfungsi sebagai alat komunikasi yakni telephone dan mengirim tau menerima pesan sms. Berjalannya kemajuan Teknologi Informasi yang ditunjang ilmu pengetahuan membuat gerak maju saman makin membuming.
Telepon Pintar (smartphone) mengalami perkembangan fungi komunikasi yang luas. Satu genggaman pintar menawarkan produktivitas yang cepat, serta bentuk komunikasi multiplatfrom.
Aliran tren makin berhembus cepat, setiap kejadian tentang semua peristiwa berhembus begitu cepat memalui Internet maka pada genggaman telepon pintar mampu memberikan kenyamanan, bahkan memanjakan. Tentunya kita tidak boleh terlena dan dininabobokan oleh kecanggihan berteknologi. Teknologi hadir untuk membantu, bukan merusak tatanan kehidupan sosial (keluarga, pertemanan dll).
Kemajuan Teknologi Informasi turut merembet deras lingkungan Gereja, Contohnya di Gereja Protestan Maluku (GPM), kami terbuka untuk perubahan-perubahan yang baik. Perkembangan Teknologi turut memberikan efek bagi kehidupan generasi baru generasi GPM Jemaat Silo, Klasis Kota Ambon.
Generasi yang lahir setelah tahun 1990-an mereka sudah bisa disebut sebagai awal generasi digital native, tapi bila ingin dikatakan sebagai sebuah generasi, mereka yang lahir setelah tahun 2000.
Sudah siapkah para orang tua menghadapi generasi digital native ? yang adalah anak-anak mereka ? Majelis Jemaat GPM Silo dan Para pengasuh menjembataninya.
Para pengasuh anak remaja Jemaat GPM Silo serta Majelis Jemaat merasakan betul dampak Teknologi Infromasi bagi anak-anak remaja mereka.
Keputusan Persidangan Jemaat GPM Silo Ke XXXIV tahun 2016 memutuskan salah satu program dari seksi pemberdayaan Teologi dan pembinaan umat sub seksi pembinaan anak remaja dengan nama kegiatan Seminar dan Workshop anak remaja terhadap pentingnya PFG dengan melibatkan orang tua.
Seminar dan Workshop Anak Remaja Terhadap Pentingnya PFG Dengan Melibatkan Orang Tua, direalisasikan minggu 20/11, dalam balutan anak remaja di tengah era teknologi digital. Teknologi Informasi dalam pandangan para pengasuh lebih spesifik kepada penggunaaan gadget tepat guna, bagaimana PFG memainkan peranannya. Kegiatan tersebut berlangsung di Gedung Aula Gereja Silo yang menghadirkan tiga narasumber yakni;
-
- Pdt.Dra.Ny.Novadytyetta Nahusona Mailoa,.M.Si - Anak Remaja di Tengah-Tengah Era Digital dan Tunggung jawab Pendidikan Formal Gereja (PFG).
-
- Criezta Korlefura,.M.PSi,.P.Si - Psikologi Bagi Anak Remaja Dalam Dunia Mereka
- Pdt.Maryo.I.Manjaruni,.S.Si,.M.Cs Peluang dan Tantangan di Era Digital Bagi Anak Remaja
Nahusona mengatakan, orang tua mengenal dan mengetahui kompleks dan mengetahui permasalahan yang ada disekeliling anak. Bersama remaja orang tua dan Gereja menjadi Rumah, Gereja tempat yang aman mereka bertumbuh dan menjadi diri mereka. PFG hanyalah alat untuk mereka mengenal diri, mengenal kompleks dan apa tunggung jawab mereka kedepan. Semuanya harus berjalan bersama.
Ada gerakan 'Mama-Papa' menjadi sahabat bagi anak-anak mereka. Orang tua memulai dengan mendengarkan karman sering mengabaikan mereka. Bagaimana kita percaya kepada anak dan anak membuktikan kepercayaan ini, Ungkap Nahusona menambahkan.
Kehidupan anak remaja adalah proses tahapan keingin tahuan mereka tentang banyak perubahan-perubahan. Kesempatan ini diisi dengan memberikan mereka informasi, pengetahuan tentang aktifitas mereka supaya mereka dapat mengetahui mana yang baik dan sebaliknya, Ucap Korlefura.
Orang tua memiliki peranan yang penting bagi kehidupan anak, karena anak sejak kecil hingga mereka berusia 6 tahun relasi anatara anak dan orang tua begitu akrab bahkan dekat menjadikan ketergantungan. Ketergantungan tersebut memberikan ruang bagi orang tua memainkan peranan pembinaan dengan pendekatan-pendekatan komunikasi serta menanam nilai pada pola pertumbuhannya. Mungkin setelah mereka berusia 6 tahun jarak antara anak dan orang tua akan mengalami perubahan dikarenakan sang anak mengalami keterpisahan tempat tidur, ini akan memberikan jarak secara geografis namun kerekatan emosi tidak terpisahkan. Sebabnya itu di era moderen ini orang tua memiliki peranan penting dalam menanamkan nilai di tengah era digital. Urai Korlefura
Paparan mengenalkan anak secara psikologis, memberi tahu kepada mereka tahapan-tahapan perkembangan tentang diri mereka, atau perubahan-perubahan bentuk tubuh yang akan mengalami masa pubertas agar mereka dapat memahami secara baik siapa diri mereka dan apa yang tidak boleh mereka lakukan.
Manjaruni menjelaskan, bahwa Generasi saat ini adalah Generasi Digital Native dimana mereka memulai bermain dan belajar sudan dibekali oleh Teknologi Digital. Generasi ini adalah generasi 'ceppa' open mind mereka sulit dibendungi, karena mereka memiliki pengetahuan sendiri, mereka memiliki sumber referensi dari mesin pencari yakni 'google', mereka kreatif bahkan menyukai dan menciptakan ide-ide cemerlang namun mereka kadang rapuh dan mudah putus asah.
Generasi layar kaca tersebut harus diberikan arah oleh para orang tua sebagai basis, maka Pendidikan Formal Gereja (PFG) bagi anak-anak diperkotaan mesti relevan dan benar-benar menjadi alat, PFG menjadi kompas menunjukan arah yang tepat. Para orang tua juga diberitahukan bagaimana cara mengawasi anak bersosial media atau berinternet dengan menawarkan beberapa aplikasi tools (aplikasi) berbasis android/iOS salah satunya adalah kakatu, Tambah Manjaruni
Ketiga Fasillitator tersebut berkolaburasi memberikan warna dari perspektif mereka masing-masing guna menghadirkan atau membentuk pemahaman anak remaja dan orang tua tentang dunia yang begitu fleksibel dengan demikian Gereja memberikan arah Kristiani membangun, membentuk karakter di Tengah Era Digital Bagi Generasi yang serba cepat.
Maka berteknologi (bersosial media) di tengah Era Digital tidak "menakutkan". Gereja hadir di tengah-tengah era digital untuk memberikan arah. Berteknologi itu mengasikan, mencerdaskan, dan memanusiakan. Manusia berelasi saling berjejaring dan memberikan dampak positif bagi semua orang. Karena GPM adalah gereja yang berjalan dalam gelombang komunikasi yang relevan di tengah zaman yang terus bergerak.