[Ambon, SinodeGPM.Org] - Anak merupakan generasi masadepan Gereja, masyarakat dan negara. Memberikan perhatian kepada anak dan remaja melalui agenda baku dapa anak remaja di Jemaat GPM Larike Klasis Ambon Timur.
Anak remaja memiliki potensi karena itu gereja memberikan pembinaan dan pengajaran yang relevan dan kontekstual. Sehingga mereka dapat memahami, mengarti dan mendapatkan dampak positif dari apa yang diajarkan.
Melalui kegiatan yang dilakukan Jemaat GPM Larike, anak juga diberikan pemahaman untuk saling merangkul sahabat yang satu dengan yang lainnya serta belajar menjaga, merawat dan melestarikan alam Ciptaan Tuhan.
Anak Remaja Jemaat GPM Larike
Perkemahan mereka dilakukan dilokasi gereja dengan tujuan, agar anak dapat belajar mandiri mengenal dirinya serta lingkungan atau alam yang hidup bersamanya. Maka secara alami anak remaja akan belajar bertanggung jawab melalui tanggung jawab atau kepercayaan yang diberikan.
Mengenal secara umum Jemaat GPM Larike, dapat dijelaskan secara kuantitas Jemaat GPM Larike terdiri dari enam puluh satu (61) kepala keluarga dan dua ratus empat puluh tuju (247) jiwa. Secara administrasi jemaat tersbut bernaung di bawah pemerintahan Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Dalam kegiatan baku dapa anak jemaat di Larike yang diikuti oleh anak tanggung dan remaja sebanyak dua puluh tuju (27) anak dan tiga belas (13) pengasuh, sepuluh orang (10) pemandu dan Majelis sub seksi sebanyak dua (2) orang.
Sesi kelas hari pertama dilakukan pengenalan terkait penjelasan Undang Undang ITE, teknologi informasi merupakan kemajuan yang memudahkan manusia untuk bekerja dan membangun jaringan aktifitas sosial.
Tentunya setiap perubahan memiliki plus minusnya, begitupun juga Teknologi Informasi. Memang yang mesti dibenahi adalah pengguna, mereka harus diberikan pemahaman tentang penggunaan, pemanfaatan TI tepat guna. Pengguna telepon pintar juga diperkenalkan menyangkut UU ITE yang mengatur kehidupan manusia secara spesifik, dengan begitu peserta kegiatan dapat menggunakan perangkatnya secara bijak.
Disela-sela pendaratan paham, beberapa anak remaja mengangkat tangan dan memberikan pertanyaan, bagaimana agar kita dapat terhindar dari bahaya hoax, dan apakah hoax hanya terjadi pada berita politik, kesehatan dan pendidikan saja ? ungkap Vilemsia Salakory perempuan remaja yang menyimak secara serius.
Suasana Kelas Baku Dapa Anak Remaja GPM Jemaat Larike
Disisi lain Alexander Nanlohy menanyakan bahaya penggunaan teknologi moderen kepada kehidupan anak, jadi bukan teknologinya yang buruk namun bagaimana memberikan pemahaman pada anak remaja agar memanfaatkan teknologi tidak hanya sebagai media hiburan melainkan menjadikannya ke arah edukasi. Hal serupa sejalan dengan apa yang di tanyakan Marsya Latumahina tentang perentasan akun facebook yang dapat dikenakan masalah hukum.
Sosialisasi tersebut berlangsung selama dua jam dengan pemateri, Pdt. Maryo Indra Manjaruni, M.Cs (Kepala Media Center GPM) yang dimoderatori oleh Adel Pattiradjawane, SE. Adel secara lugas memaparkan konteks anak remaja di Jemaat GPM Larike dan memperkenalkan fasilitator kepada peserta.
Dengan demikian Jemaat GPM Larike telah menjadi gereja yang fokus memberikan perhatian kepada pelayanan anak-anak secara bertahap dan berkelanjutan.