[Moa, SinodeGPM.Org] - Pekabaran Injil di Pulau Letti Moa Lakor di mulai oleh bangsa Portugis pada tahun 1601. Pada tahun itu, kapal Portugis berlabuh di Pulau Letti tepatnya di depan Desa Batumiau. Pada tahun yang sama, bangsa Portugis juga masuk ke Patti (Pulau Moa) dan kemudian menyebarkan agama Katolik. Perkembangan sejarah penyebaran agama Katolik di tiga pulau ini kurang didokumentasikan, sampai masuknya Belanda (VOC) ke Indonesia yang berdampak pula pada penyebaran agama Kristen Protestan di Letti Moa Lakor.
Misi bangsa Portugis untuk menyebarkan agama Katolik kemudian digantikan oleh VOC yang menyebarkan agama Kristen Protestan. Patti tetap dipilih sebagai pusat aktifitas dari VOC sekaligus pusat keagamaan Kristen Protestan saat itu. Pada tahun 1625 didirikanlah sebuah Geraja Patti dan dijadikan sebagai pusat bagi seluruh masyarakat di Pulau Moa (biasa disebut Gereja Moa). Dari Patti, Injil ini tiba di Luhulely pada tahun 1735. Akan tetapi, sebelumnya masyarakat Batumiau juga telah menerima Injil pada tahun 1717. Saat itu hanya satu mata rumah di Batumiau yang menerima Injil yakni mata rumah “Talkuei” di suatu tempat yang bernama “Kotletluli”.
Pada tahun ± 1823/1825, Yosef Kam tiba di Pulau Letti dan menetap atau tinggal di Serai (Batumiau) dengan membawa enam orang Pendeta antara lain : Pendeta Weinkoter, Pendeta Luyke, Pendeta Heing Mering dan Pendeta Bar yang di bawa ke Tutukey. Mereke berdua diterima di Tutukey dan yang menerima mereka adalah Panus Taluta. Kemudian Pendeta Domers Hoverer dan Pendeta Verhug. Mereka pun di perintahkan untuk memberitakan Injil ke Pulau Kisar. Sementara Pendeta Luyke dibawa oleh Josef Kam ke Toinaman. Ia pun ditempatkan di Toinaman, namun sayangnya ia diserang penyakit malaria sehingga Yosef Kam membawanya ke Patti.
Sedangkan bagi Jemaat-jemaat di Pulau Lakor, Jemaat Werwawan merupakan pusat pemberitaan Injil yang dibawa oleh Pendeta Acherman dan dilanjutkan oleh Guru lulusan sekolah yang didirikan oleh Yosef Kam (± 1817/1818), yang kemudian dilanjutkan oleh Rosscot. Lulusan sekolah Guru inilah yang ditempatkan di Jemaat-jemaat untuk mendampingi Pendeta Pribumi.
Awalnya Jemaat-jemaat di wilayah PP. Letti Moa Lakor merupakan bagian dari wilayah pelayanan Klasis PP. Terselatan/Kisar yang berpusat di Wonreli. Status PP. Letti Moa Lakor pada saat itu adalah Resort Klasis yang berpusat di Serwaru. Ketua Resort Klasis untuk sementara pada waktu itu adalah Guru Jemaat J.Sopacua. Selanjutnya diganti oleh Pdt. N.C. Tatipikalawan. Namun oleh tuntutan pelayanan dengan mempertimbangkan letak geografis PP. Letti moa Lakor, maka status Resort Klasis kemudian ditingkatkan menjadi Klasis.
Proses tersebut diawali ketika seorang Pendeta muda di resort Klasis Serwaru pada saat itu, yaitu Pdt. S.M. Maromon, Sm.Th, mendapat tugas untuk membicarakan penetapan Resort Klasis Serwaru menjadi Klasis dengan Ketua Klasis PP. Terselatan saat itu, Pdt. M. Efruan, Sm.Th. Hasil pembicaraan tersebut mendapat respon positif dan kemudian Pdt. S.M. Maromon, Sm.Th di rekomendir oleh Ketua Resort Klasis Serwaru (PDT) N. C. Tatipikalawan) untuk melanjutkannya ke BPH Sinode GPM yang pada saat itu dijabat oleh Pdt. J.M. Wattimena, S.Th selaku Ketua Sinode dan Pdt. A. J. Soplantila, S.Th selaku Sekertaris Umum Sinode.
Hal ini pun diresponi secara baik oleh BPH Sinode GPM. Pada tanggal 2 November 1978 Resort Klasis Serwaru diresmikan sebagai Klasis dengan nama Klasis Pulau-pulau Letti Moa Lakor oleh BPH Sinode. Pada saat bersamaan diresmikan pula Gedung Kantor Klasis PP. Letti Moa Lakor di Serwaru. Pemekaran Klasis dihadiri oleh Pdt. E. P. Kaihena, S.Th (Utusan BPH Sinode), Drs. Jappie Patti (Sekretaris Rektor STT GPM) dan Drs. N. Lukumahua (Dosen STT GPM), Pdt. M. Efruan, Sm.Th (Ketua Klasis PP. Terselatan, Pdt. A.C. Orno, Sm.Th (Sekretaris Klaisi PP. Terselatan), Pdt. N.C. Tatipikalawan yang saat itu menjadi ketua resort Serwaru, kemudian diangkat berdasarkan keputusan Sinode GPM selaku Ketua Klasis pertama PP. Leti Moa Lakor.
Pada saat pemekaran, wilayah pelayan Klasis GPM PP. Letti Moa lakor terdiri dari 24 Jemaat. Dalam perkembangan kemudian di tanggal 01 Mei 1996 dilakukan pemekaran bagi Jemaat Sera dan Jemaat Werwawan (Pulau Lakor) masing-masing menjadi Jemaat tersendiri. Tahun 2008 dilakukan pemekaran Jemaat Sion Nuwewang dari Jemaat Nuwewang sebagai Jemaat induk, dan tahun 2009 dilakukan pemekaran Jemaat Yoiha dari Jemaat Laitutun (Semuanya di Pulau Letti).
Tahun 2012 terjadi pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten Maluku Barat Daya ke Tiakur (Pulau Moa) dan pihak Klasis GPM PP. Letti Moa lakor mulai mengambil inisiatif pelayanan bagi seluruh warga GPM di Tiakur sampai pada pelembagaan Jemaat GPM Tiakur pada tahun 2015. Sesuai dengan Tata Gereja-Geraja Protestan Maluku dan Peraturan Pokok GPM tentang klasis, disebutkan bahwa pusat kecamatan atau kabupaten ditetapkan menjadi pusat klasis. Oleh karena itu, setelah pusat pemerintahan kabupaten MBD dialihkan ke Tiakur, maka
secara otomatis pusat Klasis GPM PP. Letti Moa Lakor pun beralih dari Serwaru (Pusat Kecamatan P. Letti) ke Tiakur. Dan pada tanggal 18 Mei 2015 dilakukan prosesi pemindahan pusat klasis dari Serwaru ke Tiakur dan hal tersebut bersifat tetap hingga sekarang
Hari ini tepatnya 40 tahun yg lalu secara kelembagaan Klasis GPM Lemola lahir dari suatu proses yg panjang dari resort Klasis GPM Pulau Pulau Kisar menjadi Klasis mandiri pada tanggal 02 November 1978. Lahir Klasis Lemola dipercaya sunggu adalah cara Tuhan memakai GPM sebagai sarana untuk menyatakan kemulian Tuhan serta cara Tuhan Yesus Kristus Kepala Gereja menata dan mengembangkan Gereja untuk melayani Umat Tuhan di GPM pada lokus Letti Moa Lakor, 02/10/2018, ungkap Ketua Klasis Letti Moa Lakor Pdt. M. Timisella, S.Si.
Pada pertama kalinya perayaan HUT Klasis GPM Pulau Pulau Letti Moa Lakor dirayakan, karena itu saya mengajak hadirin sekalian untuk memaknai perayaan yang sederhana sebagai bagian gumulan gereja bersama dengan Allah di dalam Yesus Kristus yang terus berkarya lewat lembaga, Pelayanan dan umat Tuhan.
Perayaan syukur yang lebih di khususkan pada internal Klasis GPM Letti Moa Lakor hendaknya mengokokan semangat untuk tetap setia melayani Tuhan Yesus di kebun Anggurnya sehingga menghasilkan buah melalui karya-karya di Jemaat-Jemaat, sektor-sektor, unit-unit dan badan-badan pembantu pelayanan pada semua tingkatan.
Perayaan Syukur yang berlangsung di pantai Seradona ini juga hendaknya mempererat ikatan kekeluargaan kita selaku keluarga Allah yang selalu menopang tugas bersama sebagai para pelayan (pendeta, penatua, diaken, tuagama, dan pengurus wadah dan organisasi) yang di pakai Tuhan sebagai alat yang kecil untuk menyatakan kemulian Tuhan yang besar.
Untuk masa depan GPM di Letti Moa Lakor, biarlah perayaan syukur ini di isi dengan kegiatan-kegiatan diakonal transformatif, studi dan rangkaian perayaan dengan melibatkan partisipasi seluruh umat dan pelayan guna membagun persekutuan tubuh Kristus yang utuh , saling melayani, berkorban demi menyatakan kasih Kristus kepad dunia, Tegas Timisela mengingatkan.
Majelis Pekerja Klasis GPm Letti Moa Lakor berterima kasih kepada Panitia Perayaan Hut ke 40 Klasis GPM Letti Moa Lakor dan Natal tahun 2018, Jemaat-jemaat dan pribadi yang turut berpartisipasi guna suksesnya perayaan hut ke 40.
Doa kami kiranya Tuhan Yesus memberkati Bp Ibu saudara- saudari sekalian dalam berbagai aktivitas. Kami mohon maaf sekiraya selaku Majelis Pekerja Klasis ada hal-hal yang kurang dan terbatas dalam perayaan ini.
Akhirnya kami mengucapkan selamat merayakan hut ke 40 Klasis Letti Moa Lakor
Dirgahayu Klasis GPM Pulau Pulau Letti Moa Lakor.
Penulis : Klasis GPm Letti Moa Lakor