"Sampai disini TUHAN menolong kita". Demikian "pengakuan iman" Ketua Panitia Pembangunan Gedung Gereja Baru "Ebenhaezer", Jemaat GPM Rumoy, bapak Anton Kolatlena, mengawali Laporan Pembangunan Gedung Gereja Baru. Pengakuan itu bukan sekedar "rasa batin" a.n. seluruh personil Panitia Pembangunan. Pengakuan itu juga merupakan "rasa batin" dari seluruh warga Jemaat GPM Rumoy. Bahwa sampai pada tahapan penahbisan dan pengresmian gedung gereja baru ini, Allah selalu menyertai Panitia bersama umat dalam segala situasi. Saat perencanaan, saat mobilisasi material, saat bekerja, maupun saat upaya dana. Bahwa 12 tahun adalah waktu yang Allah perkenankan untuk jemaat membangun, dan sepanjang tahun-tahun yang berat itu, penyertaan Allah tidak berubah. Penyertaan Allah itu bahkan telah dialami oleh umat sepanjang waktu, sejak mereka berkeputusan untuk beriman kepada Yesus Kristus.
Tahun 2004, di bawah kepemimpinan Pdt. S. Tahalele, jemaat mengambil keputusan melalui Sidang III Jemaat GPM Rumoy untuk membangun rumah ibadah yang baru, karena pertambahan jumlah jiwa jemaat dan kondisi gedung gereja lama yang telah reyot dimakan waktu. Usai keputusan itu, jemaat mulai memobilisasi material lokal.
Minggu, 4 Maret 2007, di bawah kepemimpinan Pdt. T. Latumahina, dilakukan akta peletakan batu pertama. Proses pembangunan kemudian dilanjutkan, berturut-turut di bawah kepemimpinan Pdt. W. Diaz dan Pdt. A. Souhoka sebagai Ketua Majelis Jemaat. Sampai tahapan penahbisan dan pengresmiannya, Minggu, 15 Maret 2020, proses pembangunan gedung gereja baru "Ebenhaezer" berlangsung selama 12 tahun, 2 bulan dan 11 hari, dengan menelan anggaran sebesar Rp. 1.068.360.000.
Terbatasnya pendapatan jemaat dan sumber-sumber pembiayaan secara internal, mendorong Panitia Pembangunan untuk mengupayakan dana secara eksternal. Terhadap hal itu, Panitia bersama umat di Jemaat GPM Rumoy patut berterima kasih kepada
pemerintah provinsi Maluku dan pemerintah Kab. SBT atas bantuan atau kontribusi yang diberikan.
Apresiasi yang paling besar patut diberikan kepada Sdr. Alimuddin Kolatlena (Anggota DPRD Prov. Maluku, penganut Muslim yang taat) dan Sdr. Kostansius Kolatfeka (Anggota DPRD Kab. SBT, penganut Katholik yang taat). Keduanya adalah anak Rumoy, yang walaupun berbeda agama, tetapi memiliki kepedulian yang tinggi untuk negeri mereka. Berdua, mereka bahu-membahu bersama Panitia dan jemaat. Mereka berdua adalah contoh nyata dari anak muda yang bersedia "menanggalkan" keyakinan dan status demi persaudaraan dan kemanusiaan.
Selain bantuan secara material, terima kasih juga disampaikan kepada warga Muslim dan Katholik dari desa-desa se-pulau Teor, atas bantuan tenaga kerja. Tak berlebihan, jika di hari yang penuh rahmat ini, kehadiran basudara Muslim dan Katholik nyaris memenuhi rumah dan tempat duduk yang disediakan oleh Panitia. Sejak Sabtu sore sampai Minggu pagi mereka sudah datang - berjalan dalam rombongan kecil - dari desa-desa se-pulau Teor. Dengan sabar dan tertib mereka duduk di dalam tenda, karena daya tampung gedung gereja baru yang terbatas. Ada juga yang dengan khusuk mengikuti ibadah di dalam gedung gereja.
Tak salah, jika Rumoy atau pulau Teor secara khusus, dan Kab. SBT secara umum, disebut sebagai etalase kerukunan umat beragama di Maluku. Usai acara ritual di dalam gedung gereja, acara selanjutnya dialihkan ke tenda, agar semua basudara yang hadir dari desa-desa se-pulau Teor bersama tamu/undangan dari pusat kabupaten SBT di Bula dan dari kecamatan pulau Teor dapat mengikuti acara seremonial dengan baik.
Penahbisan dan pengresmian gedung gereja baru "Ebenhaezer" dilakukan oleh Ketua MPH Sinode GPM, Pdt. Athes J.S. Werinussa. Selain penahbisan dan pengresmian gedung gereja baru, dalam moment tersebut sekaligus dilakukan pembukaan terhadap 3 (tiga) kegiatan gerejawi lain di tingkat klasis yang berlangsung di Jemaat GPM Rumoy, masing-masing: Konferda Istimewa untuk pemilihan Ketua AMGPM Daerah Seram Timur dilanjutkan dengan MPPD AMGPM Daerah Seram Timur, tanggal 16 - 17 Maret 2020; Sidang ke-7 Klasis GPM Seram Timur, tanggal 18 - 19 Maret dan Penguatan Kapasitas Majelis Jemaat masa bakti 2020 - 2025, tanggal 20 - 21 Maret 2020. Dalam ibadah penahbisan, sekaligus dilantik Pdt. Heinard Talarima, M.Th., sebagai Sekretaris Klasis GPM Seram Timur.
Pelaksanaan sejumlah kegiatan gerejawi tingkat klasis di 1 (satu) jemaat tertentu di Klasis GPM Seram Timur adalah keniscayaan yang tak dapat dihindari. Jumlah jemaat yang sedikit dan tersebar di 5 (lima) pulau, wilayah geografis yang luas dan menantang (berciri laut-pulau) berimplikasi kepada tingginya biaya transportasi. Layanan kapal secara reguler yang tidak menentu, adalah sejumlah alasan dibalik pilihan tersebut. Mekanisme demikian mendorong tumbuhnya rasa solidaritas sepenanggungan antar jemaat untuk turut membantu tuan/nyonya rumah (jemaat lokasi kegiatan).
Solidaritas harus dimulai dari kesadaran akan keberadaan diri sendiri yang terbatas, dan pada saat yang sama memberi respons atas kesulitan atau kebutuhan pihak lain. Dalam konteks masyarakat Seram Timur, solidaritas sepenanggungan itu datang juga dari basudara Muslim dan Katholik. Solidaritas sepenanggungan seperti itu turut menghalau kabut ketidakmungkinan dalam pelaksanaan sejumlah kegiatan gerejawi di Klasis GPM Seram Timur, termasuk proses pembangunan rumah ibadah. Semua itu bisa terjadi karena jemaat-jemaat se-Klasis GPM Seram Timur dan basudara Muslim serta Katholik faham, bahwa dalam segala keadaan, mereka telah menjadi saudara bagi yang lain. Saudara dalam iman dan saudara dalam kemanusiaan.
Turut hadir dalam acara penahbisan dan pengresmian gedung gereja baru "Ebenhaezer", sekaligus pembukaan 3 (tiga) kegiatan tersebut, antara lain Anggota DPRD Provinsi Maluku dari Dapil SBT, Bupati SBT, bapak Mukti Keliobas bersama sejumlah Pimpinan OPD dan Anggota Legislatif kab. SBT, Camat Pulau Teor dan Pemerintah Negeri se-kecamatan Pulau Teor, dan warga masyarakat yang memiliki pertalian saudara/keluarga dengan negeri Rumoy.
Mengalami secara konkrit persaudaraan dan kerukunan antar umat beeagama di Rumoy, kecamatan Pulau Teor, kabupaten SBT, mengingatkan Saya kepada petuah raja Daud dalam kitab Mazmur 133 : 1 dan 3b sebagai berikut: "Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya".
Semoga ke depan, negeri-negeri di pulau Teor, di Kab. SBT, mengalami berkat Tuhan melalui kepedulian dan respons cepat pemerintah (pusat dan daerah), agar dapat melepaskan diri dari berbagai stigma ketertinggalan, sambil terus memelihara hidup rukun penuh persaudaraan sebagai warisan yang tak pernah lekang dimakan waktu.
----------
Penulis :
Rumoy - Pulau Teor, 15 Maret 2020.
[Pdt. Max Syauta]