DAMAI DIMULAI DARI HATI
Memperingati Hari Perdamaian Internasional
Oleh Eko Saputra Poceratu
Beberapa waktu lalu, kita dikagetkan dengan sebuah kejadian yang menimpa mahasiswa Papua di Surabaya. Teriakan “monyet” menjadi pemantik untuk membakar amarah seluruh masyarakat Papua dan yang berujung pada demonstrasi besar-besaran di Papua.
Sudah sangat lama, manusia-manusia di negara ini tidak bisa hidup dalam damai yang sesungguhnya. Damai yang menerima kekurangan orang lain, damai yang menghargai kepercayaan orang lain, damai yang melindungi orang lain, damai yang sejati, yang tidak meniup angin barat ke timur.
Maluku juga mempunyai cerita sendiri. Sikap rasisme masih terjadi tanpa disadari, seperti warna kulit, bahasa daerah, bahkan terjadi saat menyapa orang lain (menyebut nama-nama binatang sebagai panggilan akrab). Tindakan seperti ini telah menyebabkan banyak kehilangan nilai-nilai budaya, moral dan kemanusiaan.
Untuk itulah, lewat Kartope, salah satu kumpulan orang muda yang bergerak untuk mengkritisi ketidakadilan melalui media sosial (Youtube, Instagram, Facebook dan lainnya) mencoba menghadirkan satu video sederhana untuk mengingatkan kembali, seberapa manusiakah kita? Saat menyaksikan video tersebut, kita akan menemukan persoalan yang terjadi di Papua dan Maluku, serta alasan untuk seharusnya tidak melakukannya lagi. Damai bukan dimulai dari televisi, perjanjian-perjanjian, atau memberi janji dan bantuan raskin, damai dimulai dari hati. Selamat memperingati Hari Perdamaian Internasional dan selamat memaknai.
Menurut saya apabila seseorang sudah sungguh-sungguh mengenal Yesus Kristus yang sungguh mengasihi kita sebagai manusia, maka tidak sepatutnya kita memandang rendah manusia lain. Allah saja pun masih menghargai manusia sehingga mau mati untuk menyelamatkannya, maka mengapa kita sebagai sesama manusia harus saling membenci dan merendahkan satu sama lain? Kiranya belas kasihan Tuhan memenuhi hati kita semua.