LANGKAH MENANJAK JEMAAT GPM AY
(catatan refleksi Vikaris)
Banda, sinodegpm.org - Terhitung tanggal 23 Juni, Jemaat GPM Ay kembali menyatakan hati untuk mengelolah tanah milik mereka. Tepatnya di gereja Tua Betlehem, yang tercatat sebagai gereja tertua sAsia Tenggara. Gereja Betlehem Ay dibangun Tahun 1611 dan diresmikan tahun 1617, sebelum gereja Tua Naira dan Hila.
Sekarang, gereja Betlehem tersebut hanya tertinggal dinding yang tebalnya berukuran 70 cm tanpa pintu, jendala, tanpa mimbar dan tidak lagi difungsikan selain untuk situs sejarah kekristenan di Asia Tenggara, terkhususnya di Maluku, kepulauan Banda. Bila pengunjung datang melihat gereja Betlehem, mereka akan menemukan kuburan-kuburan tua peninggalan Portugis-Belanda di depan dan samping serta 4 tiang penyangga atap untuk melindungi bangunan tersebut.
Selebihnya pengunjung akan membayangkan memasuki pintu selebar 2m 90 cm, dengan jendela 1m 57cm, 3 trap tanggal dari arah belakang sebelum sampai di pintu masuk mimbar 1m, 59cm dan tingginya 1m dengan lebar 1m 26 cm. Sejak 99 gereja Tua Betlehem terbakar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, tertanggal 15 Meret. Enam tahun terakhir, pada tahun 2006 didirikan sebuah gereja baru di lokasi lain yang diberikan pemerintah Desa.
Gereja tersebut sekarang difungsikan sebagai tempat peribadatan umat Kristiani yang berjumlah 33 jumlah jiwa, 12 KK di antara 401 KK, 1331 jiwa saudara-suadara yang memeluk agama Islam di pulau Ay. Meski di antara ketidakseimbangan pemeluk di pulau Ay, namun jemaat GPM Ay tidak dipandang sebelah mata. Rumah-rumah jemaat saling berdampingan "bakumaso" dengan rumah-rumah "basudara" Muslim, tidak ada blog atau petak-petakan.
Di pulau Ay, persaudaraan dan kedamaian bukan lagi soal rasa tetapi sudah melekat dan terus dibangun untuk tetap saling merawat, mengormati dan melindungi sebagai prinspi pertema satu dengan yang lain sebagai tanda penghargaan yang tinggi bagi kemanusiaan. 23 Juni 2016 menjadi langkah maju setiap minggunya, kebun jemaat GPM Ay di tanah gereja yang kembali digarap oleh jemaat. Diantaranya menanam anakan cengkeh, pala, pisang dan ubi-ubian.
Sedangkan pohon-pohon pala jemaat yang sejak 3 tahun terakhir tidak dipanen, tanggal 7 Juli telah dipanen dengan rasa syukur. Jemaat GPM Ay memang mempunyai kondisi dengan jumlah laki-laki hanya 8 orang yang sudah melewati usia 50-80 tahun. Sementara perempuan dikategorikan sebagai ibu-ibu sama 8 dengan 8 rumah. Itulah kenapa di jemaat ini, tidak ada pemuda selain anak-anak sekolah minggu sebatas anak tanggung yang jumlah 7 orang.
Meski bagitu, membangun kerja sama dan membagi kerja dengan tanggung jawab masing-masing masih hidup. Seperti dua orang membuat kebun sedikit demi sedikit, dua orang membersihkan area gereja, dua orang menaiki pala dicampur anak-anak. Dalam jemaat Ay pun setiap orang akan dengan cepat mengenal wajah dan marga mereka, mulai dari keluarga Bologlapna, Aylona, Piertsz, Tualatu, Pieters, Sahupala, Sahureka, Ginzel, Lohanapessy, Rupilu, Verman, Binuvinik dan Mapusa. Mereka seperti satu keluarga dalam satu meja perjamuan.
Di antara marga-marga tersebut. Tahun 99 hanya tersisa beberapa keluarga yang tidak keluar. Berbeda dengan mereka yang mengsusi keluar dari pulau Run, Banda Besar, Lontor, Gunung Api, Hatta dan Naira. Keluarga yang tinggal adalah keluarga Verman, Piertsz-Sahureka, Ginsel-Lohanapessy, Piters, Alyona, Mapusa dan bertambah keluarga Bologlapna, Sahupala, Binivinik ketika berselang 7-10 tahun konflik meredah di pulau Ay. Di tahun 2001 menajdi sejarah untuk jemaat GPM Ay, seorang Penatua sekaligu mantan Sekertaris Desa Alexsander Pieritsz dalam rapat kordinasi Tahun 2001 dengan Muspika, rapat rakyat untuk mengungsikan orang Kristen dari Pulau Ay berujung batal. Dikerenakan Alm, A. Pieritsz menyatakan keras di hadapan Staf, orang tua-tua dan masyarakat pulau Ay bahwa "kalau pemerintah berniat mengungsikan orang kristen yang tersisa di pulau Ay maka katong rela, basudara muslim menggali satu kolam dan membunuh katong, lalu tanam di satu kolam itu".
Pernyataan itulah yang membuat kekristenan masih tetap ada dan hidup di pulau Ay. Basudara Muslim pun bersepakat untuk melindungi basudara Kristen, dan sebaliknya basudara kristen. Begitulah Jemaat Ay, Jemaat yang bukan hanya tercatat di dalam sejarah GPM tetapi di Asia Tenggara dan Dunia. Meski terbilang sedikit dibandingkan pemuluk Agama Islam, tapi keimanan dan kerja keras mempertahankan jemaat GPM Ay adalah iman bersejarah yang terus hidup menjadi semangat di setiap zaman.
----------------
Penulis
Wirol Haurissa, S.Si Teol. M.S - Vikaris Jemaat GPM Ay
Klasis GPM Banda