Puisi Eko Saputra Poceratu
Ada wajah Isa Almasih di atas kanvasmu yang putih.Eden terbentuk dari tinta cair keringatmu.Empat sungai mengalir ke tiga batang air.Adam turun ke Nunusaku, Hawa berenang di arus Haya. Jauh ke sana, Gabriel melepas sayap-sayapnya jadi debur ombak di Banda.
Garis.Buatlah garismu.Sketsa perempuan Buru yang diburu mercury.
Gambarlah anak-anak Manusa yang buta cakrawala.
Lukislah bayi-bayi Hukuanakotta yang mati di samping jasad ibu mereka.
Garislah dengan kuas, ruas-ruas jari, ruas-ruas tulang, orang-orang yang ketagihan miskin
dan yang menagih jatah hidup pada Tuhan juga yang berpesan untuk segera dibikin peti kayu lenggua.
Gerak tari perempuan Sunda yang menunda kepulanganku kepada bapa di Surga,
juga mesti kau lukis. Tuhan pun tercegat olehnya saat hendak berfirman.
Bikinlah peta kemiskinan, berikan pada mimpi-mimpi, apa yang itu kenyataan.
Laut menyurati gunung, tanah menyurati langit, aku menyurati setan,
kau menyurati siapa di dalam lukisanmu?
Tolong kau bayangkan.
Lelaki dengan mata kejora, berdiri di bawah pulaka sambil menginjak tanah pusaka dan
menyanyikan hena masa waya tanpa gugur air matanya.
Bayangkan, tolong kau bayangkan.
Hitam kehidupan ini tercurah ke mana sebelum menjadi malam.
Banyak budak menginginkan bedak untuk menyangkali dirinya.
Badak melepas cula, dunia mendadak lupa, pada semua yang ada di dalamnya.
Kau lihatlah kita, manusia-manusia berharga yang dianggap tak berharga.
Kita adalah produk yang laku di pasar internasional, viral.
Lukislah Tuhan dengan baik, aku mau membelinya.
Kusimpan sebagai milikku, Tuhan dalam kanvas, Tuhan dalam napas,
Tuhan dalam kapas, Tuhan dalam batas!
Sisakan tempat di hatimu, untuk manusia punah yang mesti diingat.
Jangan melawan lupa, kau bisa digagalkan usia,
lawanlahketidakadilan, sesekali berhasil (itu lebih baik).
Ambon, 16 Mei 2018
Salam sahabat TOM, setiap tahunnya pada tanggal 17 Juli seluruh dunia memperingati Hari Keadilan Internasional atau World Day for International Justice.Dilansir dari Jagranjosh.com, penetapan tanggal 17 Juli sebagai Hari Keadilan Internasional berangkat dari diadopsinya Statuta Roma oleh komunitas internasional pada tanggal yang sama, tiga puluh tahun yang lalu. Statuta Roma merupakan salah satu perjanjian internasional yang paling penting dalam sejarah peradaban manusia.Mengapa Hari Keadilan Internasional penting untuk dirayakan?Seluruh manusia dunia harus sadar dan bersatu untuk mendukung keadilan dan memperjuangkan hak-hak para korban.Melindungi orang dari kejahatan dan memperingatkan orang-orang bahwa memperjuangkan perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan bangsa adalah kewajiban bersama.
Manusia sejatinya diciptakan Tuhan dalam bentuk yang sempurna dan seimbang (adil).Tuhan bertanggung jawab terhadap keadilan yang harus diberlakukan kepada seluruh ciptaan-Nya, tidak sebatas manusia.Lalu, apakah frasa “adil” hanya berlaku untuk Tuhan kepada seluruh ciptaan-Nya, tetapi yang serupa dan segambar dengan-Nya justru tak pernah mampu berbuat adil.
Puisi Imago dei karya Eko Poceratu yang didedikasikan kepada sahabat TOM seorang pelukis Tessart Saiya, merupakan puisi yang tidak saja membuka daya nalar kita sebagai manusia sosial yang harus peduli terhadap ketidakadilan yang dialami sesama, lebih dari itu puisi ini sedang mengkritisi manusia yang menyebut dirinya adalah “Imago dei” serupa dan segambar dengan Allah, tapi tidak berbuat adil terhadap sesama.
Konsep keadilan menurut Niebuhr ada pada dua nilai yaitu kebebasan dan kesetaraan dengan menjadikan nilai kasih sebagai dasar acuan. Sejalan dengan pemahaman itu, Andar Ismail pada buku Seri Selamat - Selamat Mewaris, menulis tentang “Homo Homini Homo” yang artinya manusia menjadi manusia terhadap sesamanya. Kalimat latin inikebalikan dari homo homini lupus, manusia menjadi serigala terhadap sesamanya. Tentu makna dua kalimat ini berbeda.Homo homini lupusmemberi makna bahwa manusia kadang kala berperilaku seperti serigala yakni mengancam, manakut-nakuti, menjebak, membentak yang semuanya adalah sikap ketidakadilan.Sedangkan “Homo homini homo”memberi makna bahwa yang menjadi sesamanya adalah yang berperikemanusiaan, berperasaan, berbudi, bertenggang rasa, bermurah hati, bertanggung-jawab dan bermasyarakat.Ismail memberi contoh manusia yang menjadi manusia terhadap sesamanya adalah Orang Samaria yang murah hati (Lukas 10:25-37).Ia menunjukan belas kasih dengan menolong tanpa membedakan bangsa atau agama. Sesama manusia adalah orang di depan mata yang memerlukan tempat di dalam hati kita.
Sumber : Media Indonesia
Ada sebuah harapan penyair pada akhir dari puisi Imago dei yakni lawanlah ketidakadilan(itu lebih baik). Harapan itu bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang paham hukum tetapi menjadi tugas bersama untuk menciptakan keadilan. Semua orang bertanggung-jawab mempraktekkan keadilan itu, termasuk pemuda dan remaja gereja (orang-orang muda GPM).Berlaku adil dimulai dari diri sendiri,berarti disiplin untuk diri dengan mengatur kebiasaan-kebiasaan yang baik. Di lingkungan keluarga, tetangga, sekolah dan gereja berlaku adil dengan cara sederhana yakni tidak membuat perbedaan saat menolong atau berbuat kasih.
Menjadi manusia dan menjadi sesama manusia bukanlah perkara gampang, seumur hidup kita perlu belajar menjadi manusia. Johann Pestalozzi menulis pendidikan adalah proses hominisasi agar orang berhakikat manusia dan proses humanisasi yakni usaha agar orang berperilaku manusiawi. Jadilah manusia yang adil terhadap sesama sebab manusia harus menjadi manusia terhadap sesamanya.