Kawan-kawan semua yang dinamis,
Senang mendengar khabar bahwa kawan-kawan semua telah diterima sebagai Vikaris GPM dan akan mengikuti pembekalan dalam dua gelombang (13 Agustus 2018 dan awal tahun 2019). Sebuah penantian panjang yang akhirnya tiba pada sebuah etape baru, dalam sebuah perjalanan yang tak kunjung berakhir.
Rasanya tidak adil jika anda semua direduksi sebatas “angkatan pencari kerja”. Sebab nantinya kawan-kawan tidak hanya bekerja dan bekerja. Umumnya motif utama pencari kerja adalah mendapat gaji, padahal kita tahu sendiri gaji pendeta tidak seberapa. Anda akan kecewa jika akhirnya diberi gaji mungkin tidak sesuai dengan gelar atau espektasi anda.
Kita dipanggil untuk melayani di gereja dan masyarakat. Kita adalah “hamba” dan bukan tuan atau nyonya. Kita harus merendahkan diri dan siap sedia menerima tiap resiko dan tantangan, sembari percaya bahwa segala perkara dapat kita tanggung di dalam Tuhan yang mengutus kita.
Kawan-kawan semua yang bersemangat,
Tantangan yang sedang kita hadapi tidak ringan. Jemaat-jemaat yang akan menjadi arena belajar dan melayani, adalah jemaat-jemaat yang kompleks. Olehnya butuh sebuah pendekatan yang lebih kreatif. Moga-moga kawan-kawan tidak cepat puas jika sudah bisa memimpin ibadah ini itu, membantu administrasi gereja dan berdoa bersama jemaat. Bukan berarti hal-hal itu penting. Itu penting, tapi tidak cukup.
Jemaat-jemaat membutuhkan rekan berpikir, rekan dialog dan mitra membangun mimpi bersama. Mereka juga punya cita-cita dan harapan. Olehnya, kawan-kawan mesti bisa lebih tanggap dan responsif. Jadilah rekan pembelajar, dan jangan memosisikan diri sebagai yang lebih tahu, yang lebih hebat dan akhirnya monolog bahkan otoriter. Jangan. Itu kultur yang harus dibuang jauh-jauh.
Ciptakanlah kultur pelayanan yang partisipatif, dimana semua orang adalah subjek yang setara. Dihargai tiap talenta dan disinergikan demi kemajuan bersama. Jangan malu jika kita harus belajar dari Jemaat. Pakailah “jendela Jauhari” dalam menyikapi masalah. Yang intinya kita saling melengkapi, sebab tidak ada satu pun di antara kita yang maha-tahu, kecuali Tuhan sendiri.
Kawan-kawan yang keren,
Moga-moga anda semua dibekali pula dengan isu-isu terkini (jaman Now) selain hal-hal pokok seperti eklesiologi, tata gereja, ajaran gereja, peraturan gereja, dll. Saya berharap kawn-kawan lebih banyak mengambil prakarsa. Jangan cepat puas dan pasrah pada keadaan. Carilah informasi sebanyak mungkin, apalagi media sosial menyiapkan banyak kemudahan. Terus mengeksplorasi dan menciptakan ide-ide kreatif. Supaya ketika kelak ke jemaat-jemaat di sana kawan-kawan benar-benar menjadi inovator dan pelopor pembaruan di jemaat maupun masyarakat. Jangan lupa membaca Undang-Undang Desa, juga skema pembiayaan Dana Desa dan Alokasi Dana Desa (ADD) agar nanti bisa berkontribusi membantu kepala desa dan warga desa, yang juga adalah warga jemaat. Kembangkan seni dan budaya setempat. Jangan ulangi kesalahan para Zending tempo dulu yang melihat budaya lokal sebagai kafir dan olehnya mesti dimusnahkan. Jaman sudah berubah. Ini era kebangkitan budaya lokal (di tengah gempuran budaya global).
Rajinlah menulis. Menulis apa saja. Buatlah buku harian, jurnal pelayanan bahkan catatan-catatan khusus. Supaya kelak bisa jadi dokumentasi yang berharga. Jangan katakana anda tidak bisa menulis. Saya yakin kita semua bisa. Asal mau memulai. Jangan tunda, jangan menyerah. Ingatlah bahwa Alkitab itu sebuah tulisan, jika tidak ditulis maka mungkin Alkitab tidak ada. Maka rajinlah menulis. Anda pasti menulis renungan atau khotbah. Juga bisa menulis puisi, lagu, syair lagu, cerpen, dan sebagainya. Intinya, harus menulis seperti kata bijak; verba volant, scripta manent. Artinya, yang terucap akan hilang, yang tertulis akan abadi.
Kawan-kawan semua yang beta kasihi,
Beta menulis catatan ini dari jauh. Beta belum bisa berjumpa kawan-kawan secara langsung. Tapi beta percaya kita tetap saling jumpa dalam semangat dan doa. Semoga apa yang beta tulis tidak “mengganggu” kekhusyukan kawan-kawan dalam masa pembekalan. Semoga bisa menjadi seberkas insight untuk terus berbenah, dan membuka diri untuk saling belajar dan saling berkolaborasi dengan siapa saja untuk kemaslahatan bersama.
Ingatlah moto gereja kita: ada yang menanam, ada yang menyiram, ada pula yang menumbuhkan. Lakukan semua peran kita dengan sukacita serta semangat seoptimal mungkin, selebihnya, biarlah Tuhan yang menyempurnakan. Jangan lupa rendah hati dan saling berbagi.
Penulis : Pdt. Rudy Rahabeat - Pendeta GPM